Cap Go Meh di Singkawang Jadi Daya Tarik Wisata Hingga Menteri Hadir, Begini Asal Mula Tatung  

- Senin, 6 Februari 2023 | 11:30 WIB
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang dihadiri oleh Menteri BUMN dan KSP mendukung arakan Tatung sebagai Wisata Budaya yang Populer. (Instagram @capgomehskw)
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang dihadiri oleh Menteri BUMN dan KSP mendukung arakan Tatung sebagai Wisata Budaya yang Populer. (Instagram @capgomehskw)

Warga tersebut bekerja pada sebuah Tambang Emas lalu mengalami sakit misterius dan menyebar hingga membuat mereka tak dapat melakukan pekerjaan.

Penyakit itu dianggap merupakan penjelmaan roh jahat yang datang mengganggu.

Maka dilakukanlah tolak bala, suatu ritual untuk mengusir roh-roh jahat. Kemudian demi tidak terulangnya kejadian serupa, maka dilakukanlah aktivitas tersebut setiap tahun, hingga menjadi tradisi.

Baca Juga: Kemeriahan Cap Go Meh Tahun 2023 Berbeda, Warga Kaget Walikota Singkawang Lakukan Hal Ini

Namun jauh sebelumnya, sebetulnya tradisi ini sudah ada sejak terjadinya suatu kisah heroik dari seorang tokoh lokal (Dayak, red.) bernama Nek Miakng (biasa Pak Miakng atau Pak Milang).

Penulis berkesempatan melakukan wawancara terhadap tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mengerti tentang kisah Pak Miakng. Adalah Galam (73) seorang Nenek yang masih sehat diusia senja, tetap beraktivitas dengan kuat.

Dia tinggal bersama anak dan cucunya di Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Pada zaman modern ini ternyata masih saja ada sosok yang menyimpan cerita sejarah tersebut.

Pada zaman dahulu telah terjadi pertempuran di pemukiman Dayak yang diserbu oleh Tentara Republik Lan Fang atau Kongsie. Banyak penduduk lokal yang berjatuhan kala itu.

Mereka yang selamat berlarian mengungsi ke berbagai daerah Capkala dan sekitarnya. Warga Kampung Pundak (Kab. Bengkayang) menyelamatkan diri ke Kampung bernama Rukapm (Distrik Lundu, Serawak, Malaysia).

Namun seorang warga Kampung Pundak bernama Nek Miakng memilih tidak ikut mengungsi. Dia bertahan tinggal dirumahnya bersama anak-anak dan istrinya. Dia melakukan ritual bernama Mato' (ritual supaya tubuhnya menjadi kebal).

Baca Juga: Kerusuhan jelang pemilihan presiden, lebih dari 40 orang tewas di Nigeria

Ia lalu membunuh anggota keluarganya. Nek Miakng beranggapan lebih baik anak-anak dan istrinya mati ditangannya, karena dia yang merawat dan memberi mereka makan dari pada dibunuh oleh Lan Fang.

Nek Miakng melakukan perlawanan, dia mengumpulkan pemuda lokal untuk melawan Kongsie/Lan Fang. Pemerintah Lan Fang mengirim pasukan perang lebih banyak lagi. Pertempuran besar terjadi hingga ke daerah bernama Monterado.

Nek Miakng berhasil memukul tumbang semua pasukan Lan Fang bersama pasukan yang ia pimpin. Nek Miakng meringkus Tentara Kongsie itu dengan Mandau (senjata tradisional Dayak) miliknya.

Mandau yang ia gunakan tersebut tidak pernah ia bersihkan dari berbagai percikan darah musuh-musuhnya. Itu sebagai peringatan kepada Lan Fang agar tidak coba-coba dengan kesaktiannya.

Halaman:

Editor: Ahmad Farizal

Sumber: Instagram @dr_moeldoko, Instagram @erickthohir, tiktok @elsa.novias

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dampak cyberbullying bagi anak muda

Rabu, 12 April 2023 | 17:40 WIB
X