bisnisbandung.com - Situasi semakin tegang setelah militer Israel membajak kapal-kapal yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza.
Insiden ini terjadi di perairan internasional dan berakhir dengan ditahannya para aktivis serta diseretnya kapal-kapal tersebut ke Pelabuhan Ashdod, Israel.
Hingga kini, kondisi logistik dan kapal yang ditahan belum dapat dipastikan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Israel kerap menyita bahkan menenggelamkan kapal-kapal bantuan yang berhasil mereka bajak.
Baca Juga: Celios Ungkap Pemda Lebih Suka Dana Nganggur Jadi Deposito daripada Bangun Infrastruktur
Nasib bantuan logistik pun masih abu-abu, berpotensi bernasib sama seperti bantuan kemanusiaan lain yang tertahan di perbatasan Rafah hingga akhirnya rusak karena tidak diizinkan masuk ke Gaza.
Relawan asal Indonesia, Muhammad Husein, menjelaskan bahwa negosiasi dengan pihak Israel sempat terjadi saat intersepsi di laut internasional.
Para kapten kapal menegaskan misi mereka legal dan dilindungi hukum internasional karena hanya membawa bantuan kemanusiaan.
Namun, penjelasan itu diabaikan, dan pasukan Israel tetap melakukan pembajakan serta penahanan paksa terhadap seluruh aktivis.
Baca Juga: Mahfud MD Tepis Prabowo: Keracunan MBG Bukan Kasus Kecil, Ini Nyawa Anak!
“Negosiasi tersebut tidak dihiraukan oleh Israel. Alih-alih, mereka malah mendapatkan pembajakan, penyergapan, serta penculikan. Ya, maka dari itu tidak ada setelahnya negosiasi macam apa pun,” jelasnya, dilansir dari youtube tvOneNews.
“Terlebih lagi ketika saya sudah berada di wilayah yang aman, jauh dari zona merah maupun zona kuning di wilayah Siprus,” terusnya.
Sejak saat itu, tidak ada komunikasi lanjutan maupun negosiasi baru yang dilakukan. Para relawan yang masih tertahan di Israel dipastikan berada di bawah pengawasan ketat, sementara upaya internasional untuk menekan Israel agar membebaskan para aktivis masih terus ditunggu.
Tindakan Israel ini kembali menuai kritik karena dianggap melanggar hukum internasional. Pasalnya, intersepsi dilakukan di wilayah laut internasional, bukan di wilayah teritorial Israel.
Aksi ini semakin menegaskan pola represif terhadap misi kemanusiaan yang berusaha menyalurkan bantuan ke Gaza di tengah krisis berkepanjangan.***
Baca Juga: Mahfud MD Tepis Prabowo: Keracunan MBG Bukan Kasus Kecil, Ini Nyawa Anak!
Artikel Terkait
Gaza Dibombardir 60 Warga Tewas dalam 24 Jam, Analis Ungkap Motif Israel Tolak Damai
Spanyol Siap Tinggalkan Piala Dunia 2026 Jika Izinkan Israel Ikut Tampil!
Proposal 20 Poin Trump Dinilai Jadi Jalan Israel dan Hamas Akhiri Perang Tanpa Kehilangan Muka