bisnisbandung.com - Pengamat Timur Tengah, Irfan Maulana Amrullah, menyoroti tragedi kemanusiaan di Gaza dan menekankan bahwa pembunuhan ratusan jurnalis internasional merupakan upaya Israel menutupi fakta genosida dari mata dunia.
Menurutnya, media memainkan peran vital dalam mengungkap kondisi sebenarnya, sementara pemerintah dan organisasi internasional dianggap masih lamban dalam mengambil tindakan konkret.
Irfan menjelaskan bahwa selama dua tahun terakhir konflik di Gaza telah menewaskan lebih dari 67.000 orang, termasuk banyak perempuan dan anak-anak.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Ajak Warga Patungan Rp1.000 per Hari, Menkeu Purbaya: Boleh Aja Kalau Mau!
“Bayangin, dalam dua tahun 67.000 orang tewas, hampir separuhnya perempuan dan anak-anak. Nurani manusia mana yang bisa mentoleransi ini. Jadi, ini yang membuka dunia,” ucapnya dilansir dari youtube tvOneNews.
Ia menilai tragedi ini membuka mata dunia, memengaruhi opini publik global, dan mendorong masyarakat sipil untuk melakukan aksi nyata, seperti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan pangan, medis, dan oksigen ke warga Gaza.
Pengamat ini juga menyoroti perubahan pandangan internasional terhadap Israel. Survei terbaru menunjukkan sebagian masyarakat Amerika, termasuk kelompok konservatif dan anak muda evangelis, mulai menilai tindakan Israel sebagai kejahatan perang bahkan genosida.
Baca Juga: Dikritik Emak-Emak Soal Gerakan Rp 1.000 Per Hari, Dedi Mulyadi Balas: “Ini Amal Bukan Pajak!
“Suka tidak suka ya, rela tidak rela, dengan peristiwa ini sudah 157 negara yang akhirnya menganggap negara Palestina itu ada,” terangnya.
“157 negara sudah berdeklarasi two state solution, terutama negara-negara Eropa, sekutu Amerika dan sekutu Israel,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, perubahan opini ini terjadi karena peran media dalam melaporkan kondisi Gaza secara langsung dan terus-menerus.
“Dan kenapa banyak wartawan yang dibunuh? Wartawan yang dibunuh bukan cuma wartawan Palestina, wartawan Reuters, wartawan berbagai media karena di situ mereka membuka fakta yang dilihat oleh dunia, apa yang terjadi di situ,” tuturnya.
Baca Juga: MBG Harus Efisien, Purbaya: Kalau Gak Terpakai, Duitnya Saya Tarik!
Selain itu, Irfan menekankan bahwa upaya diplomatik, termasuk pertemuan delegasi Hamas dan Israel di Mesir yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, Turki, dan Amerika Serikat, sejauh ini belum cukup.
Ia menilai aksi nyata dan solidaritas global lebih penting daripada diskusi atau pertemuan diplomatik semata untuk menghentikan genosida di Gaza.
Artikel Terkait
Proposal 20 Poin Trump Dinilai Jadi Jalan Israel dan Hamas Akhiri Perang Tanpa Kehilangan Muka
Prof. Hikmahanto Tegaskan Indonesia Harus Kawal Proposal Trump untuk Kemerdekaan Palestina
Tidak Ada Negosiasi dengan Israel, Kapal Global Sumud Flotilla dan Aktivis Kemanusiaan Dibajak Paksa
Israel Ancam Aktivis Global, Wanda Hamidah Desak Dunia Bertindak Bukan Hanya Mengecam
Puluhan Aktivis Global Sumud Flotilla Masih Ditahan Israel, Alami Kekerasan dan Perlakuan Tidak Manusiawi