Petinggi Lan Fang terus mengirimkan pasukan untuk menyerang Nek Miakng dan pasukannya. Seluruh pasukannya gugur, hingga Nek Miakng sendirian.
Nek Miakng terkepung namun ia tidak takut, ia hanya tertawa saja menyaksikan kedatangan tentara Lan Fang.
Baca Juga: Memasuki Tahun Politik, Bagaimana Nasib Investor?
Serdadu Lan Fang mencoba menikamnya dengan tombak, besi dan benda-benda tajam lainnya. Namun Pak Miakng tidak apa-apa.
Tubuhnya kebal, tahan terhadap benda tajam apapun. Kesaktian Pak Miakng terdengar hingga seantero Lan Fang. Pimpinan Lan Fang menyerbu Nek Miang sendirian dengan 200 pasukan. Namun hasilnya nihil. Nek Miakng tetap tidak bisa dibunuh.
Hingga suatu ketika Nek Miakng tidur, didatangi dalam mimpi oleh anak-anak dan istrinya, memintanya untuk cukup, menyerahlah, sudah banyak pertumpahan darah yang terbalaskan. Ia minta Nek Miakng ikut bersamanya dialam baka.
Nek Miakng terbangun, ia kemudian menangis mengingat keluarganya lalu memutuskan untuk memberitahu pihak Kongsie/Lan Fang cara bagaimana membunuhnya.
Namun Nek Miakng mengajukan syarat, bahwa ia akan memberitahu cara membunuh dirinya jika pihak Kongsie bersedia melakukan arakan Tatung sebagai wujud bahwa pihak Kongsie tidak akan lagi menyerang serta menindas warga lokal dan wajib dilakukan setiap tahun. Pihak Kongsie menyanggupi.
Baca Juga: Plat Nomor Khusus Tak Kebal Aturan Ganjil Genap
Nak Miakng pun memberitahu cara membunuh dirinya yaitu ditusuk dengan menggunakan besi kuning panas pada area duburnya. Kemudian meninggallah ia.
Kemudian warga mengaraknya di sepanjang kampung sebagai bentuk penghormatan pada Nek Miakng karena telah berjasa membebaskan penduduk dari penindasan Republik Lan Fang.
Untuk mengenang peristiwa kepahlawanan ini, maka setiap tahun diadakan perarakan mengelilingi kampung dengan dihadirkan seorang dukun kebal (melambangkan sosok Nek Miakng yang kebal), tahan terhadap benda tajam dan menggunakan baju jenderal perang.
Diadakannya tatung merupakan suatu sumpah keturunan kongsie terhadap Nek Miakng untuk terus melakukannya setiap tahun. Selain itu ritual sakti ini juga dijadikan sebagai upacara tolak bala.
Demikian kisah singkat asal muasal perayaan yang selalu mengundang ramai pengunjung tersebut. Tentunya kisah tersebut begitu seru untuk disimak, sebab menjadi cerita warisan turun temurun.
Kita bersyukur bahwa negeri kita punya kebudayaan yang kaya, menjadikan kita bangsa yang multikultural. Semoga tetap lestari selamanya di bumi pertiwi, Indonesia Jaya.***
Artikel Terkait
Jokowi Targetkan Angka Kemiskinan Ekstrem 0% di Tahun 2024. Tercapaikah Targetnya?
Serangan udara Israel menghantam Gaza setelah 9 warga Palestina tewas di Jenin
Tekan Angka Penyebaran, Pemprov Jabar Gencarkan Vaksinasi PMK
Cegah Bayi Stunting dan Geng Motor, Kapolresta Bandung dan Bupati Laksanakan Program Police Goes To School
Dandim 0610 Tegaskan 'Stunting Adalah Masalah Yang Harus Ditangani Bersama'
Tempat Rental Komik Bertahan Di Era Gempuran Digital