news

Aprindo: Ramadhan Tahun Ini, Perhatikan Kestabilan Harga dan Ketersediaan Kebutuhan Pokok Masyarakat

Kamis, 24 Maret 2022 | 20:27 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi Saat Meninjau Minyak Goreng di Ritel Modern (Twitter/@muhammadlutfi)

Bisnis Bandung - Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Aprindo DPD Jawa Barat, Yudi Hartanto, SE., MM mengemukakan, tidak bisa kita pungkiri, dalam Ramadhan dan Lebaran tahun ini perhatian semua pihak lebih tertuju pada komoditi minyak goreng (sawit) yang sejak tahun lalu terus menunjukkan trend kenaikan harga.

Kembali ke setahun yang lalu, tanda-tanda kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) terutama minyak goreng sawit sudah mulai terlihat. Pada kuartal I 2021 harga jual minyak goreng di toko ritel dijual dengan harga rata-rata Rp. 14.450 per liter.

Kemudian di kuartal kedua naik 5% berkisar Rp. 15.200 per liter. Awal Quartal 3-2021 yang dimulai dengan PPKM Darurat, naik lagi sedikit sekitar 3% dan minyak goreng rata-rata dijual Rp. 15.662 per liter.

Baca Juga: Potensi Serta Dampak Kenaikkan Harga Pertamax dan Pertalite Ditahun Ini

Harga minyak goreng naik secara signifikan ketika kasus Covid-19 varian Delta mereda. Pelonggaran mobilitas masyarakat dengan penggunaan aturan PPKM Level pada Quartal 4-2021 ternyata turut mendorong kenaikan harga hampir seluruh kebutuhan masyarakat, kecuali beras yang relatif stabil sejak awal tahun dan bisa diatur oleh Pemerintah.

Harga jual rata-rata minyak goreng di toko ritel pada bulan Desember 2021 sudah mencapai Rp. 19.550 per liter, papar Yudi Hartanto Kepada Bisnis Bandung (BB), di Bandung.

Orang nomor satu di Aprindo Jabar itu mengemukakan, lonjakan harga minyak goreng yang terus terjadi akibat pengaruh kebutuhan energi dunia mengharuskan Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk melakukan intervensi harga dengan menentukan HET Minyak Goreng melalui Permendag 06 / 2022.

Baca Juga: Penundaan Pemilu Biasanya Keinginan Incumbent 

Namun dikarenakan adanya disparitas harga eceran di pasar yang terlalu jauh dengan HET, menyebabkan terjadinya kekosongan dan sulitnya masyarakat membeli minyak goreng HET di toko ritel.

Hampir setiap hari terlihat adanya antrian masyarakat  yang ingin membeli minyak goreng di toko ritel yang dibatasi 2 liter per konsumen. Akibat sulitnya mengatur pasokan maka sejak tanggal 16 Maret 2022, HET minyak goreng direvisi hanya berlaku untuk minyak goreng curah dengan HET Rp. 14.000,- sedangkan untuk HET minyak goreng kemasan dicabut dan dilepas kembali ke harga pasar.

Kondisi kebutuhan energi dunia dan situasi di Eropa yang sedang bergejolak menyebabkan semakin melonjaknya harga minyak goreng di pasar domestik. Masyarakat yang sebelumnya menikmati HET minyak goreng kemasan Rp. 14.000/liter, langsung merespon negatif melihat harga jual saat ini yang mencapai Rp. 25.000 per liter setelah HET dicabut Pemerintah Pusat.

Baca Juga:  UMKM Berharap, Ramadhan Tahun Ini Iklim Usaha Kembali Menggeliat 

"Awal pencabutan HET minyak goreng kemasan, ada anggota kami yang sampai viral kemana-mana karena dianggap menjual minyak goreng dengan harga mahal. Padahal, toko anggota kami hanya mengikuti aturan harga jual (pricelist) dari distributor minyak goreng tersebut yang memang sudah tinggi", kata Yudi.

Aprindo sejak awal melangkah bersama dan mendukung kebijakan Pemerintah karena yakin tujuan pemerintah adalah demi pemerataan dan menginginkan penyediaan kepokmas dengan harga yang terjangkau bagi warga negara Indonesia. Hal itu sejalan dengan keinginan APRINDO untuk menyediakan kepokmas yang terjangkau dengan harga yang stabil kepada masyarakat dalam menjalani Bulan Suci Ramadan dan Lebaran yang sebentar lagi akan tiba.

Menghadapi Ramadan dan Lebaran tahun ini toko ritel cenderung berhati-hati menyediakan barang seasonal sambil menunggu bagaimana Pemerintah akan mengambil kebijakan PPKM beberapa hari kedepan karena kita ketahui saat ini walaupun banyak pelonggaran aktivitas, kita masih dalam situasi pandemi.

Baca Juga: Potensi Keuntungan bagi Investor di Pasar Crypto Setelah Melewati Fase Konsolidasi di Kuartal I 2022

"Tentu sirup, biskuit dan produk festive lainnya masih tetap menjadi pilihan konsumen saat Ramadhan dan Lebaran nanti, namun kami belum berani menyediakan secara masif karena ada pengalaman terjadinya overstok pada lebaran dua tahun yang lalu", tegas Yudi.

Ramadhan kali ini toko ritel lebih memperhatikan kestabilan harga dan pasokan kepokmas seperti beras, gula, minyak goreng, daging, telur dan bumbu karena melihat data historis selalu ada peningkatan kepokmas karena meningkatnya demand.

"Target pertumbuhan yang kami harapkan untuk sesi Lebaran tahun ini adalah sekitar 20% dibandingkan lebaran tahun lalu dan menurut kami cukup realistis melihat kasus penyebaran Covid-19 yang semakin melandai dan pelonggaran aktivitas ekonomi oleh Pemerintah," tambahnya.

Baca Juga: Setuju atau Tidak Putin Menghadiri KTT G20 di Bali,Indonesia ?

Sejauh ini kami masih berharap adanya pelonggaran dari Pemerintah Daerah khususnya untuk aglomerasi Bandung Raya sebagai wajah Ibukota Provinsi Jawa Barat, agar dapat mengijinkan toko ritel beroperasi mulai dari jam 08.00 WIB.

"Dengan beroperasi lebih pagi, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan segar untuk memasak di rumah. Toh konsumen saat ini jelas sudah terbagi antara yang berbelanja di Pasar Rakyat dan Pasar Swalayan,"ujarnya.

Masyarakat yang mencari produk segar dan murah tetap akan berbelanja di Pasar Rakyat. Sedangkan bagi konsumen yang biasanya berbelanja kebutuhan kepokmas di ritel modern akan terpaksa menunggu lebih siang baru bisa berbelanja.

Baca Juga: Berikut Ini Tips Menghemat Bahan Bakar Kendaraan

Halaman:

Tags

Terkini