Bisnisbandung.com – Pemerintah Pakistan telah memerintahkan langkah-langkah untuk penghematan energi, termasuk menutup semua mal dan pasar pada pukul 20:30, karena negara bergulat dengan krisis ekonomi.
Usaha penghematan energi ini juga berlaku dalam ranah pemerintahan, dimana Perdana Menteri Shehbaz Sharif meminta semua departemen pemerintahan untuk mengurangi konsumsi listrik hingga 30 persen.
Menteri Pertahanan Khawaja Asif juga mengatakan dalam statementnya pada Selasa (03/01/2023), langkah tambahan yang akan segera berlaku termasuk menutup restoran dan ruang pernikahan pada pukul 22.00.
Baca Juga: Perekonomian Singapura mengalahkan perkiraan dengan pertumbuhan 3,8% pada tahun 2022
Rencana penghematan energi juga mencakup larangan produksi bola lampu yang tidak efisien mulai Februari dan kipas angin mulai Juli. Setengah dari lampu jalan di seluruh negeri juga akan tetap dimatikan, kata menteri.
Langkah penghematan energi Pakistan ini diterapkan seiring dengan krisis ekonomi akibat penundaan bantuan dari IMF sebesar 1,1 miliar USD. Penundaan ini secara otomatis membuat Pakistan harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan eksternalnya, yang totalnya mencapai lebih dari 30 miliar USD.
Langkah-langkah yang disetujui kabinet juga diharapkan dapat menyelamatkan negara sekitar 62 miliar Rupee Pakistan atau setara dengan 273 juta USD, ucap Menteri Pertahanan Khawaja Asif.
Total cadangan devisa cair Pakistan akhir bulan lalu mencapai $11,7 miliar, $5,8 miliar di antaranya ada di bank sentral. Itu adalah setengah dari nilai cadangan devisa yang dimilikinya pada awal tahun 2022.
Baca Juga: Waduh Ada yang Bandel! Kemenag Peringatkan Mixue Tidak Pasang Logo Halal
Khawaja Asif mengatakan puncak penggunaan listrik musim panas di Pakistan adalah 29.000 megawatt (MW) dibandingkan dengan 12.000 MW di musim dingin, terutama karena penggunaan kipas angin di cuaca yang lebih panas.
Sebagian besar listrik Pakistan diproduksi menggunakan bahan bakar fosil impor, termasuk gas alam cair, yang harganya meroket dalam beberapa bulan terakhir.
Pemerintah telah berusaha menstabilkan ekonomi dengan menahan impor dan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Namun, mata uang yang terdepresiasi dengan cepat telah membuat impor lebih mahal sementara harga konsumen naik 25 persen tahun ke tahun pada paruh pertama tahun fiskal, atau 1 Juli hingga 31 Desember kemarin.
Sementara itu, Pakistan sedang memulihkan diri dari bencana banjir tahun lalu, yang menenggelamkan lebih dari sepertiga wilayah negara itu dan menyebabkan kehancuran yang meluas dan kerugian finansial yang besar.
Baca Juga: Penuhi Komitmen, PT GeoDipa Selesaikan Pelepasan Hak 29 Bidang Lahan Kompensasi dan Penyaluran Dana
Artikel Terkait
Kacau Setelah Polling Pendapat, Elon Musk Siap Mundur Sebagai Kepala Twitter
Twitter Dituntut Oleh Puluhan Mantan Karyawan Akibat Melanggar Hukum
Bentuk Kader Disiplin dan Militan, Djarot Saiful Hidayat Apresiasi Pendidikan Kader Madya PDI Perjuangan Jabar
Ombudsman Jabar Meminta Sekretaris Daerah Perbaiki Tiga Aspek Ini Tahun Depan
Mak Nyak Si Doel, Aminah Cendrakasih Meninggal Dunia
PT Pertamina Gas Penuhi Kebutuhan Gas 9000 MMBTUD PT Indocement
Berikut Tata Cara Membuat KTP di 2023
Cara Mengeluarkan atau Menambah Orang di Kartu Keluarga (KK) di 2023
Semakin Keras Terhadap Kebebasan, Taliban Larang Perempuan untuk Masuk Universitas
Polisi Siapkan 166.322 Personel untuk Menjamin Keamanan Perayaan Nataru
Bantu Pemprov Jabar, LPS Salurkan 2 Miliar Untuk Korban Gempa Cianjur
Lebih Dari 3 Ribu Petugas Pengamanan dan 5 Juta Tiket Disiapkan KAI untuk Hadapi Libur Nataru
Kasus Covid-19 di Indonesia Menurun, Operasional RSDC Wisma Atlet Akan Dihentikan
Pendaftaran CPNS di SSCASN untuk PPPK Formasi Teknik 2022
KAI Mulai Jual Tiket Kereta Panoramic untuk Tambah Kapasitas Tempat Duduk Masa Nataru
Presiden Jokowi : "Beroperasinya Bendungan Sadawarna, Saya Harap Produktifitas Pangan Jawa Barat Meningkat"