Ketahanan Pangan Sudah Terbukti Gagal Mengatasi Krisis Pangan Global, Saatnya Kembali Ke Kedaulatan Pangan

photo author
- Jumat, 5 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Illustrasi ekspor pangan (pixabay)
Illustrasi ekspor pangan (pixabay)

Sementara itu di subsektor Hortikultura, kenaikan NTP dipengaruhi kenaikan dari cabai merah dan bawang merah. Sementara untuk jenis sayur-sayuran daun, harga relatif stabil cenderung turun dibandingkan bulan sebelumnya.

“Laporan anggota SPI di beberapa wilayah menyebutkan harga cabai merah memang masih cukup tinggi. Di Kediri misalnya, harga cabai merah berada di kisaran Rp54.000 – Rp60.000/kg, setelah sebelumnya sempat turun ke Rp42.000/kg,” lapornya.

Baca Juga: SOFI 2022: Angka Kelaparan Meningkat! Saatnya Kedaulatan Pangan

“Sementara untuk jenis sayur-sayuran daun, di Bogor harganya cukup fluktuatif juga, yakni sempat turun di pertengahan Juli, namun berangsur naik lagi di akhir bulan ini. Misalnya untuk kangkung, saat ini dihargai Rp 20.000 per gabung; dan bayam Rp25.000 per gabung,” terangnya.

NTP subsektor Peternakan juga mencatatkan kenaikan di bulan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan meredanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia bulan lalu.

“Untuk penanganan dari pemerintah sendiri, melalui vaksin, memang juga sudah berjalan. Tetapi melandainya kasus PMK ini bisa dikatakan akibat keberhasilan dari para peternak mandiri (swadaya) yang sigap dalam merespons wabah"

"Di beberapa wilayah anggota SPI, keberhasilan mengatasi wabah PMK bersumber dari suplemen yang diracik sendiri, bersumber dari pengetahuan tradisional dan turun-temurun” ujarnya.

Baca Juga: Dunia Terancam Alami Krisis Pangan, Indonesia Bagaimana?


Antisipasi Kenaikan Harga Pangan Global Ke Depannya

Mujahid melanjutkan, tren penurunan NTP Nasional harus diantisipasi agar tidak terus bergulir. Menurutnya, pemerintah harus memperhatikan kenaikan biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagai indikator kebijakan ke depannya.

“Indikator yang dilihat yakni kenaikan biaya konsumsi rumah tangga petani dan biaya produksi yang dikeluarkan petani"

"Untuk biaya konsumsi rumah tangga, laporan BPS juga mencatat kenaikan inflasi Juli 2022 disumbang oleh kelompok makanan dan minuman,” sebutnya.

“Kondisi ini sebenarnya tidak mengherankan, mengingat pada Maret 2022 lalu, FAO mencatat bahwa indeks harga pangan dunia mencapai level tertingginya. Hal ini tentunya perlu diantisipasi dengan cermat," sambungnya.

“Sementara untuk kenaikan biaya produksi, laporan anggota SPI di berbagai wilayah menyebut pupuk menjadi faktor utama. Petani dihadapkan pada posisi kesulitan akses untuk pupuk subsidi, sementara harga pupuk non-subsidi kini melonjak,” sambungnya lagi.

Baca Juga: Kementerian Pertanian Jamin Kebutuhan Pangan Jelang Idul Adha

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Us Tiarsa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X