Bisnisbandung.com - Pengamat Perdagangan Internasional, Universitas Widyatama, Dwi Fauziansyah Moenardy mengemukakan, dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan.
Jika dibandingkan kondisi saat ini dengan tahun 2020 dan 2021, organisasi pangan dunia (FAO) memperkirakan akan terjadi kriris pangan, akibat efek domino pandemic serta perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Dwi Fauziansyah Moenardy mengutip FAO.org, memperkirakan ketahanan pangan dunia akan memburuk pada Juni sampai September 2022.
Baca Juga: Pemerintah RI Melalui Kementerian ESDM Melakukan Efisiensi Energi Dalam Rangka Mengantisipasi Krisis
"Sebelum itu perlu dipahami bersama apa itu krisis pangan. FAO menyatakan krisis pangan merupakan kondisi ketika bahaya pangan akut dan malnutrisi menjaring meningkat tajam. Dampaknya mulai dari skala nasional hingga pada tingkat internasional"
"Krisis pangan membuat kondisi ekonomi menjadi tidak stabil karena kondisi ketahanan pangan yang tidak aman jika ketersediaan pangan lebih kecil dibandingkan permintaan atas kebutuhan masyarakat", papar Dwi Fauziansyah Moenardy.
Dikutip dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia, bahwa terjadi keluhan harga bahan baku impor untuk industri makanan dan minuman. Penyebab lainnya krisis pangan karena adanya situasi iklim yang tidak menentu.
Penyebab lainnya yang diketahui oleh masyarakat dunia adalah adanya blockade laut hitam oleh militer Rusia sehingga menghambat Ukraina mengekspor gandum dan biji-bijan komoditas utama mereka, sedangkan Rusia yang terkena sanksi ekonomi global juga terdampak dari ekspor gandumnya karena Rusia termasuk negara penghasil gandum terbesar di dunia selain China, Amerika, dan India.
Ancaman krisis pangan ini tidak hanya berdampak pada dunia, Indonesia pun termasuk, karena banyak negara yang bergantung dengan negara lain dalam memasok kebutuhan pangan pokok, mulai dari gandum, sorgun, beras dan jagung.
Baca Juga: Krisis Pangan, Akhiri WTO, Tegakkan Kedaulatan Pangan
Hingga sekarang data yang dikutip dari Peterson Institute for International Economics (PIIE) terdapat beberapa negara yang telah melarang ekspor pangan, antara lain:
Argentina: Minyak kedelai, bungkil kedelai, 31 Desember 2023
Algeria: Pasta, turunan gandum, minyak sayur, gula hingga 31 Desember 2022
Mesir : Minyak sayur, jagung 12 Juni 2022. Gandum tepung, minyak, lentil, pasta, kacang-kacangan 10 Juni 2022
Artikel Terkait
COP26: Agroekologi dan Kedaulatan Pangan adalah Solusi Sejati untuk Krisis Iklim
Sri Lanka Gagal Bayar Utang, Berikut Tindakan Nandalal Weerasinghe Untuk Mengatasi Krisis Ekonomi
Krisis Iklim Ancam Masa Depan Jutaan Anak dan Keluarga Jatuh Dalam Kemiskinan di Indonesia