Putin Kembali Menebar Ancaman, Harga Minyak Melejit sebesar 4% Setelah Pelemahan Dalam Seminggu Terakhir

photo author
- Sabtu, 10 September 2022 | 16:00 WIB
kilang minyak Port Arthur Texas pada malam hari (Pixabay)
kilang minyak Port Arthur Texas pada malam hari (Pixabay)

Bisnis Bandung - Harga minyak Brent kembali melejit sebesar 4% pada hari Jumat (9/11/2022). Hal ini disebabkan masih adanya keterbatasan dalam supply minyak mentah, sebelumnya dilansir Reuters harga minyak melemah disebabkan kenaikan suku bunga beberapa bank sentral di dunia dan meningkatnya kasus Covid-19 di China.

Melejitnya harga minyak dunia menurut Reuters juga disebabkan oleh ancaman Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menghentikan pasokan minyak dan gas ke Eropa menyusul ancaman price cap dan pemotongan produksi minyak dari OPEC+.

Harga minyak mentah Brent naik $3,69, atau 4,1%, menjadi menetap di $92,84 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) CLc1 naik $3,25, atau 3,9% menjadi menetap di $86,79 per barel.

"Selama beberapa bulan mendatang, Barat harus menghadapi risiko kehilangan pasokan energi Rusia dan melonjaknya harga minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM dilansir Reuters.

Baca Juga: iPhone 14 Diluncurkan, Simak Spesifikasi yang Berbeda dari Iphone 13

Negara-Negara G7 sangat ingin memberikan sanksi kepada Rusia dengan menekan export minyak mereka, price cap akan memberikan efek jera kepada Moskow karena harga minyak tidak dapat naik diatas harga yang telah ditentukan. Hal ini diberikan oleh G7 karena invasi Rusia ke Ukraina.

Seorang pejabat Departemen Energi AS mengatakan Gedung Putih tidak mempertimbangkan menambahkan Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS lebih dari 180 juta barel, hal tersebut diumumkan Presiden Joe Biden beberapa bulan lalu.

Sebelumnya, Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan kebutuhan untuk rilis SPR lebih lanjut.

The Fed juga masih akan berencana menaikan rate dikarenakan untuk menjaga target inflasi di bawah 5%, sehingga harga minyak dunia dapat dijaga.

Selain rencana pembatasan produksi minyak oleh G7, pelemahan harga minyak juga disebabkan oleh meningkatnya kasus Covid-19 di China dan lockdown yang masih diberlakukan di negara tirai bambu ini.

Baca Juga: BPC HIPMI Kabupaten Bandung Barat Menyelenggarakan Rangkaian Kegiatan Muscablub

Dalam seminggu terakhir ini lockdown diberlakukan di beberapa kota di China seperti Chengdu, menurut Reuters kota dengan penduduk 21 juta ini telah melakukan lockdown dikarenakan meningkatnya kasus Covid-19.

Invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022 telah membuat pasar energi bergerak fluktuatif hingga saat ini. Rusia adalah pengekspor minyak dan produk terbesar di dunia, dan Eropa sangat bergantung pada bahan bakar Rusia, jumlahnya bahkan lebih dari 40%.

Beberapa sanksi telah diterapkan oleh pemimpin Uni Eropa kepada Rusia namun hingga saat ini masih belum mempengaruhi kebijakan Putin untuk menginvasi Ukraina.

Menurut data dari Kpler, Rusia hingga saat ini masih mencari pembeli untuk minyaknya, setidaknya untuk saat ini. Karena minyak mentah diperdagangkan dengan harga diskon dibandingkan dengan patokan minyak mentah Brent yang merupakan acuan internasional.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Yayu Rahayu

Sumber: Reuters

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X