news

Krisis Ekonomi, Pakistan Menutup Mal, Pasar Lebih Awal Dalam Langkah Untuk Penghematan Energi

Rabu, 4 Januari 2023 | 18:00 WIB
Krisis Ekonomi, Pakistan menutup mal, pasar lebih awal dalam langkah untuk penghematan energi (pexels.com/Kaique Rocha)

Bisnisbandung.com – Pemerintah Pakistan telah memerintahkan langkah-langkah untuk penghematan energi, termasuk menutup semua mal dan pasar pada pukul 20:30, karena negara bergulat dengan krisis ekonomi.

Usaha penghematan energi ini juga berlaku dalam ranah pemerintahan, dimana Perdana Menteri Shehbaz Sharif meminta semua departemen pemerintahan untuk mengurangi konsumsi listrik hingga 30 persen.

Menteri Pertahanan Khawaja Asif juga mengatakan dalam statementnya pada Selasa (03/01/2023), langkah tambahan yang akan segera berlaku termasuk menutup restoran dan ruang pernikahan pada pukul 22.00.

Baca Juga: Perekonomian Singapura mengalahkan perkiraan dengan pertumbuhan 3,8% pada tahun 2022

Rencana penghematan energi juga mencakup larangan produksi bola lampu yang tidak efisien mulai Februari dan kipas angin mulai Juli. Setengah dari lampu jalan di seluruh negeri juga akan tetap dimatikan, kata menteri.

Langkah penghematan energi Pakistan ini diterapkan seiring dengan krisis ekonomi akibat penundaan bantuan dari IMF sebesar 1,1 miliar USD. Penundaan ini secara otomatis membuat Pakistan harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan eksternalnya, yang totalnya mencapai lebih dari 30 miliar USD.

Langkah-langkah yang disetujui kabinet juga diharapkan dapat menyelamatkan negara sekitar 62 miliar Rupee Pakistan atau setara dengan 273 juta USD, ucap Menteri Pertahanan Khawaja Asif.

Total cadangan devisa cair Pakistan akhir bulan lalu mencapai $11,7 miliar, $5,8 miliar di antaranya ada di bank sentral. Itu adalah setengah dari nilai cadangan devisa yang dimilikinya pada awal tahun 2022.

Baca Juga: Waduh Ada yang Bandel! Kemenag Peringatkan Mixue Tidak Pasang Logo Halal

Khawaja Asif mengatakan puncak penggunaan listrik musim panas di Pakistan adalah 29.000 megawatt (MW) dibandingkan dengan 12.000 MW di musim dingin, terutama karena penggunaan kipas angin di cuaca yang lebih panas.

Sebagian besar listrik Pakistan diproduksi menggunakan bahan bakar fosil impor, termasuk gas alam cair, yang harganya meroket dalam beberapa bulan terakhir.

Pemerintah telah berusaha menstabilkan ekonomi dengan menahan impor dan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Namun, mata uang yang terdepresiasi dengan cepat telah membuat impor lebih mahal sementara harga konsumen naik 25 persen tahun ke tahun pada paruh pertama tahun fiskal, atau 1 Juli hingga 31 Desember kemarin.

Sementara itu, Pakistan sedang memulihkan diri dari bencana banjir tahun lalu, yang menenggelamkan lebih dari sepertiga wilayah negara itu dan menyebabkan kehancuran yang meluas dan kerugian finansial yang besar.

Baca Juga: Penuhi Komitmen, PT GeoDipa Selesaikan Pelepasan Hak 29 Bidang Lahan Kompensasi dan Penyaluran Dana

Halaman:

Tags

Terkini