"Ternyata setelah kita petakan, ada beberapa hal selain anomali cuaca, pergeseran masa tanam, adan adanya tanaman yang terkena virus, tapi secara stok Jabar sangat mencukupi, suplai jauh lebih besar daripada lebih besar daripada demand," tuturnya.
Setelah ditelusuri, permasalahan ternyata ada pada pola distribusi dan tata niaga. Menurut Herawanto, bahan pangan dari produsen di Jabar disedot pasar induk di daerah lain khususnya DKI.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Tembus 100 Ribu Rupiah Dan Langka
Kemudian bahan pangan tersebut kembali lagi ke Jabar dengan harga tinggi.
Karenanya, penanaman bahan pangan seperti cabai dan tomat di pekarangan rumah, paling tidak dapat meredam dari sisi permintaan rumah tangga.
"Tentunya untuk strukturalnya atau jangka panjangnya, harus ditangani permintaan dari industri makanan dan minuman yang tidak mungkin disuplai dari rumah tangga," katanya.
Selain itu, Herawanto menambahkan, pemastian biaya distribusi atau kelancaran distribusi menjadi bagian penting dari gerak semua pihak yang melibatkan satgas pangan agar ongkosnya tidak melonjak.
Tak hanya itu, operasi pasar pun menjadi penting khususnya pada pasar pencatat angka inflasi.
Baca Juga: Jelang Ramadhan Gengsi Cabai Rawit Masih Tinggi di Pasaran
"Hal ini untuk membentuk persepsi. Seringkali ketika persepsi barang langka, pembelian menjadi panik dan harganya pun melonjak," ujarnya.
Herawanto pun mendorong agar wilayah Jabar mempunyai pasar induk di sentra wilayah pangan.
"Jangan dilempar semua ke Jakarta karena yang dapat untung besar itu pasar di sana. Kalau pasar ada di sini, petani akan mendapatkan harga yang jauh lebih baik daripada sekarang," tegasnya.***
Artikel Terkait
Harga Cabai Rawit di Bandung Kini Rp 100.000/Kg
Jelang Imlek Harga Cabai Rawit Tembus 120 Ribu Per Kilogram
Sembako Jelang Natal dan Tahun Baru Stabil Harga Cabai Melonjak 50%
Karena Faktor Cuaca Harga Cabai Melangit