“Jika kita amati, NTP subsektor tanaman pangan berada di bawah standar impas selama 3 bulan belakangan ini, hal ini tentunya mengkhawatirkan"
Khusus pada bulan Mei ini, laporan dari anggota SPI di berbagai wilayah menyebutkan harga gabah (GKP) relatif stabil, dan cenderung naik untuk beras.
Baca Juga: Petani Kena Pajak?, Dedi Mulyadi: Pemerintah Dinilai Tidak Tepat
Di beberapa wilayah seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, faktor cuaca menjadi momok. Curah hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan tanaman banyak yang lembab dan terancam gagal panen,” katanya.
Sementara itu untuk NTP subsektor hortikultura mengalami kenaikan cukup besar yakni 2,75 persen, yang diakibatkan terjadinya kenaikan lt sebesar 3,23 persen lebih tinggi dari peningkatan lb sebesar 0,46 persen
“Kenaikan subsektor hortikultura dapat dilihat dari naiknya harga kelompok sayur-sayuran cabai, khususnya komoditas cabai merah ataupun rawit. Untuk cabai merah, kenaikan harganya cukup tinggi. Semisal di Kampar, Provinsi Riau dan Kepahiang, Provinsi Bengkulu, harga di kisaran Rp50.000 – Rp60.000/kg"
"Sementara untuk kelompok buah-buahan, informasi dari anggota SPI di Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, menyebutkan harga nanas dan semangka justru turun.”
Mujahid menyebutkan hal yang dicermati dari laporan BPS terkait NTP tersebut adalah kenaikan indeks harga yang dibayarkan oleh petani atau lb.
“Ini berkaitan juga dengan situasi di global, dimana sedang terjadi kenaikan harga pangan maupun energi. Hal ini yang kemudian berpengaruh pada lt, bahwa pengeluaran petani meningkat sementara untuk penerimaan justru stagnan bahkan turun"
"Ini sejalan dengan laporan BPS, dimana konsumsi masyarakat tumbuh 4,34% (year on year/yoy) pada kuartal I-2022. Di tingkat nasional, kenaikan harga pangan bisa kita lihat sejak awal tahun lalu, misalnya di komoditas minyak goreng. Belum lagi pangan yang bahan bakunya tidak berasal dari dalam negeri, seperti terigu,” tambahnya.
"Laporan dari petani SPI di peternakan dan perikanan, bulan ini berada dalam tekanan karena kenaikan harga pakan pabrikan yang bahan bakunya mengikuti harga internasional," lanjutnya.
Pemerintah, menurut Mujahid harus segera mengambil kebijakan, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengatasi keadaan ini.
Baca Juga: SPI: Harga TBS Terjun Bebas, PKS Harus Bayar Selisih Pembelian ke Petani
“Untuk jangka pendek, pemerintah harus memastikan bagaimana subsektor-subsektor pertanian yang sedang turun dapat bangkit lagi"
"Dalam konteks sawit misalnya, kebutuhan dalam negeri harus menjadi prioritas utama sehingga harga pangan dapat stabil. Kenaikan NTP perkebunan beberapa bulan lalu belum menjamin kenaikan pendapatan petani-petani perkebunan anggota SP"
Artikel Terkait
NTP Oktober 2021 Naik, Namun Petani Masih Hadapi Tantangan
Cabut Peraturan yang Melanggar Hak-Hak Petani
Catatan Akhir Tahun 2021 Serikat Petani Indonesia (SPI): Pemerintah Meminggirkan Petani, Melanggengkan Korporasi Besar
Melalui Program TMT+ SMK Negeri 1 Kempas Menciptakan Bibit Unggul Petani Milenial