“Penggunaan benih GMO yang semata-mata mengandalkan produktivitas panen jelas akan mengancam eksistensi dari varietas kedelai lokal,” sambungnya.
Henry meneruskan, alasan ketiga adalah GMO yang diproduksi oleh korporasi akan membuat ketergantungan baru bagi petani di Indonesia.
“Produksi benih GMO yang dikontrol oleh korporasi akan membuat ketergantungan baru bagi petani di Indonesia. Hal ini membuat petani tidak berdaulat atas benihnya sendiri karena selanjutnya akan terus bergantung, padahal benih adalah faktor produksi utama di sektor pertanian,” tegasnya.
Ia menyebutkan upaya pemerintah mengintrodusir penggunaan kedelai GMO merupakan solusi palsu dan menunjukkan ketidakpahaman pemerintah atas permasalahan utama terkait produksi kedelai nasional.
“Kami ingin mengingatkan kembali janji-janji yang sudah diusung oleh pemerintah terkait kedaulatan pangan di Indonesia, yakni program 1.000 Desa Mandiri Benih dan 1.000 Desa Organik"
"Logikanya bagaimana mungkin kemandirian benih bisa tercapai kalau benih GMO perusahaan terus didorong. Ini adalah kemandirian palsu karena petani ditempatkan sebagai konsumen benih,” imbuhnya.
Baca Juga: SPI Apresiasi Perhatian Presiden Kepada Pengelolaan Minyak Makan Merah oleh Koperasi
Henry menekankan, pemerintah harus menutup rapat-rapat wacana pengembangan benih GMO dengan dalih peningkatan produksi pertanian di Indonesia.
“Pemerintah seharusnya mengatasi persoalan-persoalan yang mendasar terlebih dahulu terkait produktivitas pertanian. Seperti misalnya ketersediaan tanah bagi petani, kita ketahui bahwa petani kita sampai saat ini mayoritas gurem"
"Belum lagi tingginya angka konflik agraria, sehingga petani tidak bisa fokus untuk bertani dan memproduksi pangan untuk komunitas sekitarnya. Ini salah satu masalah mendasar yang harusnya diperbaiki terlebih dahulu,” paparnya.
“Lalu terkait produktivitas, apakah solusinya harus melalui benih GMO? Saya pikir tidak. Pemerintah seharusnya berfokus pada hal-hal yang dapat meningkatkan minat petani lokal menanam kedelai"
"Misalnya mengenai jaminan harga, karena selain soal produktivitas yang rendah, harga kedelai lokal juga di bawah pangan lainnya. (Jika tidak), Petani lebih memilih untuk menanam tanaman lainnya,” sambungnya.
Baca Juga: SPI Apresiasi Perhatian Presiden Kepada Pengelolaan Minyak Makan Merah oleh Koperasi
“Belum lagi kerja-kerja dari balai pertanian untuk mengembangkan dan penanganan benih lokal, sehingga produktivitasnya dapat meningkat. Termasuk menjajaki alternatif jenis pangan lainnya, seperti kacang koro untuk bahan pangan," tambahnya.
Henry menambahkan, SPI mendorong pemerintah untuk meneruskan upaya pelaksanaan reforma agraria dan kedaulatan pangan dengan sungguh-sungguh sehingga para petani dan produsen pangan skala kecil lainnya di perdesaan dapat menyimpan, memproduksi dan menukar dan menjual benihnya sendiri demi menjaga keragaman hayati dan kedaulatan pangan.