Baca Juga: Netizen, Mari Bersikap Bijak Dalam Konstelasi Politik Saat Ini
Dia menekankan bahwa Megawati membawa argumen yang berdasarkan pada pengalaman dan refleksi, sementara pengacara 02 cenderung menggunakan argumen yang kurang berarti dan tidak berdasarkan data atau refleksi mendalam terhadap nasib bangsa.
“Kita membaca versi lain dari Megawati yang berupaya kembali menjadi Ibu negeri yang tahu tentang pengalaman-pengalaman kekerasan atau penyingkiran dia di masa lalu, dan dia enggak ingin itu berlangsung di masa depan,” jelas Rocky Gerung.
Selanjutnya, Rocky menjelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi pasti dapat membedakan antara suara Megawati yang tulus dan suara tokoh dari kubu lawannya yang mungkin lebih terfokus pada kepentingan pribadi atau partai.
“Megawati menginginkan ada pemahaman tentang apa yang disebut suara keadilan tuh, nah Hakim tahu bahwa Suara Hati Megawati itu betul-betul mendahului apa yang menjadi kepentingan partainya kan,” kata Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung Mahkamah Konstitusi menyadari bahwa Megawati bertindak atas dasar kejujuran dan kesadaran akan peran serta posisinya dalam mengemban tanggung jawab kepada negeri.
Baca Juga: Jokowi Berniat Silaturahmi dengan Megawati, PDIP: Hanya Gimik Politik Murahan Saja
“Hakim tentu bisa membedakan mana suara yang datang dari tangan jari-jari yang murni demi Negeri, mana yang datang dari jari-jari yang sekedar memamerkan kekayaan dan kemewahan kan itu bedanya,” sindir Rocky Gerung.
Artikel Terkait
PBNU: Pemimpin Harus Luruskan Niat di Tengah Tahun Politik
Bersilahturahmi Tanpa Politik, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD Rayakan Lebaran dengan Keakraban
Cak Imin, Tunggu MK: Tak Ada Komunikasi Politik di Hari Raya Idulfitri
Hasto: Megawati Terus Pertemukan Kekuatan Politik dengan Ganjar-Mahfud Pasca Pilpres
Rocky Gerung: Masa Depan Politik Jokowi Ditentukan oleh Tindakannya Sendiri
Konstelasi Politik Di Solo Raya Pasca Kemenangan Prabowo, Soloraya Bukan Lagi Basis Merah, Tapi Surga Bagi Demokrasi