BPS Mencatat, Jumlah Penduduk Miskin di Jabar Sempat Turun pada 2021, Namun Kembali Naik pada 2022, Ada Apa?

- Jumat, 15 Juli 2022 | 21:41 WIB
Data BPS Jabar yang Menunjukkan Kemiskinan di Jawa Barat (BPS Jabar)
Data BPS Jabar yang Menunjukkan Kemiskinan di Jawa Barat (BPS Jabar)

Bisnis Bandung - Mulai melandainya pandemi covid-19 membuat angka kemiskinan di Jawa Barat menurun. Namun, BPS Jabar mencatat, jumlah penduduk miskin yang sempat turun pada akhir 2021 kembali naik pada awal 2022.

Berdasarkan data BPS Jabar, jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 4,07 juta orang. Jumlah tersebut naik 66,1 ribu orang terhadap September 2021, tapi turun 124,4 ribu orang terhadap Maret 2021.

Dari jumlah tersebut, prosentase penduduk miskin di Jawa Barat pada Maret 2022 mencapai 8,06 persen, naik 0,09 persen terhadap September 2021 dan turun 0,34 persen terhadap Maret 2021.

Baca Juga: Charlie Munger Kembali Mengeluarkan Statement Anti-Crypto seperti Bitcoin

BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam mengukur kemiskinan tersebut sehingga kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan.

Dengan begitu, diprediksi kembali naiknya jumlah penduduk miskin di Jabar, diakibatkan oleh bertambahnya ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan.

BPS pun mencatat, beberapa komoditas makanan yang mengakibatkan angka kemiskinan meningkat di perkotaan yaitu beras yang mencapai 22,18 persen, rokok kretek filter 13 persen, daging ayam ras 5,50 persen, telur ayam ras 4,67 persen, dan mie instan 2,99 persen.

Sedangkan di pedesaan, komoditas makanan yang mengakibatkan angka kemiskinan meningkat yaitu beras 25,86 persen, rokok kretek filter 9,67 persen, daging ayam ras 5,03 persen, telur ayam ras 4,59 persen, dan kopi bubuk/ sachet 3,23 persen.

Baca Juga: Layanan Pelanggan Bitcoin Of America Memajukan Industri Cryptocurrency

Kepala BPS Jabar Marsudijono yang diwawancara via telefon mengungkapkan, gejolak perang Ukraina-Rusia yang terutama berdampak pada kenaikan harga energi mengakibatkan kenaikan harga pangan di semua provinsi di Indonesia.

"Masa pemulihan sudah bagus, namun sekitar Januari-Februari ada gejolak perang yang berdampak pada kenaikan harga energi yang mengakibatkan kenaikan harga pangan di semua provinsi," tuturnya.

Namun, menurut Marsudijono, kenaikan pendapatan masyarakat tidak bisa mengimbangi kemiskinan.

Banyaknya masyarakat yang beralih dari pekerjaan formal ke informal pun menjadi salah satu faktor naiknya angka kemiskinan, karena kualitas pendapatan mereka tidak seperti dahulu.

Baca Juga: CoinFlex Membuka Kembali Penarikan Pelanggan Terbatas

Dirinya pun mengatakan, masyarakat banyak yang beralih menjadi pekerja keluarga, yaitu pekerjaan yang dilakukan bersama keluarga secara informal, "Misalkan anak membantu saat bekerja tapi kan tidak dibayar."

Halaman:

Editor: Yayu Rahayu

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X