Wah, Parah! Beberapa Merek Fashion Global Ini Terbukti Mengeksploitasi Pekerja Pabrik Industri di Bangladesh

- Kamis, 12 Januari 2023 | 20:15 WIB
Wah, Parah! Beberapa Merek Fashion Global Ini Terbukti Mengeksploitasi Para Pekerja Pabrik Industri Garmen di Bangladesh. (pexels.com/Give a shit bali)
Wah, Parah! Beberapa Merek Fashion Global Ini Terbukti Mengeksploitasi Para Pekerja Pabrik Industri Garmen di Bangladesh. (pexels.com/Give a shit bali)

Bisnisbandung.com - Siapa yang tidak ingin memakai pakaian dari merk terkenal seperti Zara, H&M, dan lain sebagainya.

Tetapi, beru-baru ini, merek-merek fashion internasional besar, termasuk Zara, H&M, dan GAP, ditemukan telah mengeksploitasi pekerja industri garmen di Bangladesh.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Universitas Aberdeen dan kelompok advokasi Transform Trade pada hari Rabu (11/01/2023) ini, menemukan beberapa dari merk terkenal ini, terlibat dalam praktik yang tidak adil dan membayar pemasok di bawah biaya produksi.

Baca Juga: Sedang trend, Simak 7 gaya pakaian wanita yang disukai pria. dijamin terlihat seksi

Studi yang mensurvei 1.000 pabrik Bangladesh yang membuat pakaian untuk merek dan pengecer global selama pandemi COVID ini menemukan, banyak pekerja yang dibayar dengan harga yang sama meskipun terjadi pandemi global dan kenaikan biaya.

Selain itu, lebih dari separuh pabrik pakaian mengalami setidaknya salah satu dari hal berikut: pembatalan pesanan, penolakan pembayaran, pengurangan harga atau penundaan pembayaran barang.

“Praktek perdagangan yang tidak adil seperti itu berdampak pada praktik ketenagakerjaan pemasok yang mengakibatkan perputaran pekerja, kehilangan pekerjaan, dan upah yang lebih rendah,” demikian temuan studi tersebut.

Dari 1.138 merek atau pengecer yang disebutkan dalam penelitian ini, 37 persen dilaporkan terlibat dalam praktik tidak adil, termasuk Inditex Zara, H&M, Lidl, GAP, New Yorker, Primark, Next, dan lainnya.

Walau begitu, studi tersebut juga menemukan bahwa satu dari lima pabrik mencoba berjuang untuk membayar upah minimum yang sah sejak dibuka kembali setelah penguncian Maret dan April 2020.

Baca Juga: Khusus Pelaku Industri Kreatif, Berikut Cara Memupuk Kreativitas Untuk Menciptakan Produk Inovatif

Ditemukan juga bahwa beberapa perusahaan menuntut penurunan harga untuk pakaian yang dipesan sebelum pandemi dimulai pada Maret 2020, sementara beberapa lainnya menolak untuk memotong harga, meskipun dengan biaya produksi yang melonjak dan inflasi merajalela.

Sejak diterbitkannya laporan ini, banyak merk terkenal yang disebutkan dalam laporan ini telah mengeluarkan tanggapannya.

Inditex mengatakan telah "menjamin pembayaran untuk semua pesanan yang telah ditempatkan dan dalam proses produksi dan bekerja dengan lembaga keuangan untuk memfasilitasi pemberian pinjaman kepada pemasok dengan persyaratan yang menguntungkan".

Jaringan supermarket Jerman, Lidl, mengatakan pihaknya menanggapi laporan ini dengan "tuduhan yang sangat serius", dan menambahkan bahwa pihaknya "bertanggung jawab terhadap pekerja di Bangladesh dan negara lain di mana pemasok kami berproduksi dengan sangat serius dan berkomitmen untuk memastikan bahwa standar sosial inti dipatuhi di seluruh rantai pasokan. ”.

Halaman:

Editor: Ahmad Farizal

Sumber: aljazeera.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X