Tetapi mereka tidak siap menghadapi bahaya yang bisa datang dari gunung Minandar, dimana desa mereka terletak di kaki bukit.
Baca Juga: Saingan Avengers untuk mengalahkan Kang, Sejarah dan asal-usul tim superhero Thunderbolt
"Ketika orang-orang mendengar lonceng peringatan, mereka berlari dan berkumpul disebuah gereja di tempat yang tinggi". kata sinarimbo
"Masalahnya, bukan tsunami yang menghampiri mereka, tetapi air dan lumpur yang turun dari gunung dalam volume yang besar ."lanjutnya
Pada bulan agustus 1976, gempa bumi berkekuatan 8,1 dan tsunami di teluk Moro yang melanda sekitar tengah malam menyebabkan ribuan orang tewas dan menghancurkan provinsi, ini adalah salah satu bencana alam paling memaatikan dalam sejarah Filipina.
Baca Juga: Kembali Berduka, Jembatan India Ambruk 120 Orang Ditemukan Tewas
Kusiong termasuk yang paling parah terkena dampak tsunami pada waktu itu. hal inilah yang membuat warga desa tidak akan pernah melupakan tragedi tsunami 1976.
"Setiap tahun, mereka mengadakan latihan untuk mengantisipasi tsunami. dan seseorang ditugaskan untuk membunyikan bel alarm dan mereka menunjuk tempat tinggi dimana orang harus lari."kata Sinarimbo.
"Warga desa bahkan diajari mengenal suara ombak besar yang mendekat berdasarkan ingatan para penyintas tsunami". lanjutnya
Baca Juga: Simak Lagu-lagu Tradisional Jawa Barat, Sebagian Sudah DIkenal di Seluruh Indonesia
"Tapi tidak ada yang fokus pada bahaya geografis di lereng gunung".tambahnya.
Berdasarkan abcnews, sebuah video penjaga pantai yang diberikan kepada media pada hari senin 31/10/22 menunjukkan beberapa anak buahnya membantu mencari mayat yang terkubur dengan menusukkan tongkat kayu ke lumpur.
Hampir 200 penerbangan domestik dan internasional telah dibatalkan, dan Bandara Internasional Manila ditutup sementara ditengah cuaca badai.
Pelayaran di lautan yang dilanda badai dilarang oleh penjaga pantai, membuat ribuan penumpang terdampar.