Maka Partai Golkar menjadi partai politik yang seksi untuk "political vehicle" oleh Ganjar Pranowo atau oligarki.
Baca Juga: Refly Harun: Ganjar Pranowo Sepertinya Disingkirkan PDIP, Apakah ini Drama?
Maka bisa jadi partai oligarki mengusung Ganjar Pranowo - Erick Tohir. Ganjar Pranowo - Erick Tohir yang dimajukan, akan melawan pasangan lain yang diendorse oleh Megawati Soekarno Putri, entah Anies Baswedan - Puan Maharani, atau Prabowo Subianto - Puan Maharani.
Kalau itu Prabowo Subianto - Puan Maharani, maka Ganjar Pranowo - Erick Tohir akan melawan Anies Baswedan - AHY atau Anies Baswedan - Gatot Nurmantiyo menggunakan kendaraan lain, yang dipelopori okeh Partai Nasdem.
Jadi Partai Nasdem itu akan bersatu dengan PKS dan Partai Demokrat, karena Demokrat itu punya "bargaining position".
Kemudian ada kemungkinan Anies Baswedan - AHY, akan melawan Prabowo Subianto - Puan Maharani, melawan Ganjar Pranowo - Erick Tohir, maka 3 pasangan yang muncul.
Apa untungnya Airlangga menjadi calon Presiden?apa untungnya kolaborasi diantara calon - calon yang tidak kuat elektabilitasnya ini?
Baca Juga: Ruhut Sitompul Dilaporkan ke Polisi, Refly Harun: Hukum Berpihak yang Dekat dengan Kekuasaan
Maka yang bisa kita lihat ini adalah soal panggung. Jangan lupa 2024 tidak hanya calon Presiden dan Wakil Presiden, tetapi juga pemilihan Legislatif, dan jangan lupa juga kalau mereka maju dan mendapatkan panggung, ini bisa dijadikan "bargaining position", walaupun tidak menang karena elektabilitas rendah.
Jadi bisa jadi yang terjadi adalah Airlangga menolak untuk dijadikan "political vehicle" dan berusaha memblokade dirinya, agar tidak dijadikan alat bagi Ganjar Pranowo misalnya, dengan cara menggandeng PAN dan P3, sehingga diakal mereka sudah mendeklarasikan akan mengusung calon sendiri, bisa jadi Airlangga - Dzulkifly Hasan.
Hanya tersedia 6 partai politik, bisa jadi kemudian Prabowo Subianto - Puan Maharani, Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar, mereka bisa maju di PKB.
Sementara Puan Maharani maju sendiri sebagai calon Presiden atau dia bersama Anies Baswedan, nanti kita lihat peta politiknya.
Kalau akhirnya PDIP maju sendiri, maka yang terjadi 4 pasangan, seandainya Pesidential Threshold tetap dipertahankan oleh MK yang tidak faham tentang demokrasi ini.
Baca Juga: Refly Harun: Ruhut Sitompul, Kritiklah Anies Baswedan Secara Intelektual, Bukan Kekerasan Verbal
Tetapi kalau MK menghilangkan Presidential Threshold semua peta politik ini akan berubah, orang-orang seperti Rizal Ramly, Gatot Nurmantyo dan nama - nama lain akan tetap bisa mencalonkan diri dengan 1-2 partai sudah cukup.