news

Ernest Prakasa Risih dengan Diksi Kata Tionghoa, Lebih Baik Gunakan Cina

Minggu, 1 Mei 2022 | 09:18 WIB
Ernest Prakasa, banyak yang beranggapan bahwa diksi Tionghoa itu, (YouTube HAS Creative)

Bisnis Bandung - Standup Comedian/Komika/Sutradara/Produser Film, Ernest Prakasa menerangkan, diksi Tionghoa diperkenalkan pada masa pemerintahan SBY. 

Ernest Prakasa mengaku dirinya adalah orang yang termasuk tidak suka dengan kata Tionghoa, karena menurutnya diksi Tionghoa,  menjauhkan kita dari sejarah.  

Dan kata Cina itu kaya kita tidak bisa berdamai dengan sejarah. Kata Cina itu memang punya beban yang berat, tapi mau sampai kapan? , tegas Ernest Prakasa.  

"Gwa itu risih dengan diksi kata Tionghoa,  kalau memang didalam forum yang formal mungkin diksi Cina itu terlalu kasar, gwa lebih memilih kata Chinese"

"Diksi kata Chinese lebih mirip Cina. Diksi Cinese adalah bahasa Inggris, sedangkan Cina bahasa indonesia", papar Ernest Prakasa. 

Baca Juga: Ernest Prakasa: Saya Memilih Golput, Jika Pemilu 2024 Kandidatnya hanya Anies Baswedan dan Prabowo

Ernest Prakasa mengimbuhkan, banyak yang beranggapan bahwa diksi Tionghoa itu, "politycly correct", tetapi menurutnya itu kaya  memelihara luka..

Dalam kehidupan Ernest Prakasa, kata Cina tidak identik dengan memori politik, karena menurutnya waktu peristiwa kerusuhan 98, dirinya tinggal di daerah Kebayoan Baru, Jakarta Selatan, tidak terlalu kerasa amat politiknya atau intimidasinya.

"Tetapi diksi kata Cina itu, kalau pun ada kaitan dengan gwa, lebih "bulliying" pada saat gwa jalani masa pendidikan SD sampai SMP"

"9 tahun dulu gwa dipanggil "Koh" dan gwa sebel, karena itu mengingatkan bahwa gwa Cina, padahal gwa sudah berusaha blend it/berbaur."

"Tetapi sejak stand up, gwa berdamai dengan  kekurangan dan sakit hati" tegas Ernest Prakasa.  

Dan Ernest Prakasa mengklaim bahwa dirinya sekarang terus berusaha menjauhkan identitas "Kecinaan" nya itu. 

Baca Juga: Ernest Prakasa: Tidak Pilih Anies Baswedan dan Prabowo, Idealnya Pilpres 2024 Ada 3 Kandidat

"Kan waktu remaja gwa disuruh les Mandarin, gwa gak mau, karena gwa mau ngelunturin, orang jadi Cina buat gwa menderita, terus kenapa  gwa tebelin", kata Ernest Prakasa. 

"Sampai dicerita film "Ngenes", dan dikehidupan nyata, gwa cari istri peribumi aja, supaya anak - anak gwa gak ngalamain apa yang gwa alami, karena gwa cape dibeda - bedain", imbuhnya. 

Halaman:

Tags

Terkini