bisnisbandung.com - Zohran Mamdani, legislator muda berdarah Asia Selatan, kini menjadi sorotan publik Amerika Serikat setelah berhasil menjadi calon Wali Kota New York dari Partai Demokrat.
Kemenangan tersebut tak hanya menarik perhatian warga New York, tetapi juga para pengamat politik internasional, termasuk akademisi dari Indonesia.
Raden Maisa Yudono, dosen Hubungan Internasional dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dan Universitas Indonesia, memandang bahwa kemunculan Zohran Mamdani di panggung politik AS menjadi indikasi penting dari pergeseran arah politik domestik negara tersebut.
Baca Juga: Singgung Peran Pratikno Terkait Ijazah Jokowi, Kuasa Hukum Roy Suryo Pertanyakan Netralitas UGM
Ia menilai bahwa Mamdani menyegarkan dinamika politik Amerika karena menghadirkan sosok dari kalangan minoritas etnis, khususnya keturunan Asia Selatan, dalam kontestasi politik tingkat tinggi seperti pemilihan wali kota New York.
“Ini kalau dibilang cukup menyegarkan ya, karena ada dari kaum minoritas, terutama dari South Asians, yang menjadi kandidat walikota,” ungkapnya dilansir dari youtube CNN Indonesia.
Menurut pandangan Raden Maisa, Mamdani berhasil samapai titik ini, karena menawarkan solusi dari keresahan generasi muda, terutama Generasi Z, terhadap kepemimpinan lama yang dinilai tidak cukup responsif terhadap isu-isu aktual.
“Karena Mamdani ini mewakili ya, mewakili keresahan kaum muda di mana para pejabat-pejabat yang dari generasi sebelumnya itu seperti tidak bisa meng-address masalah-masalah yang dihadapinya,” jelasnya.
Baca Juga: Pengakuan P2G Soal Proyek Chromebook: Kami Benar-Benar Curiga Saat Itu 2021-2022
Salah satu isu yang dinilai sangat relevan adalah krisis biaya sewa perumahan di New York, yang menjadi bagian penting dalam kampanye Mamdani dan resonan di kalangan pemilih muda.
Lebih jauh, Raden Maisa mencermati bahwa strategi Mamdani yang berbasis pada isu-isu keseharian masyarakat menciptakan koneksi emosional dengan pemilih.
Hal ini menurutnya menjadi pembeda signifikan antara Mamdani dan kandidat dari generasi sebelumnya yang lebih fokus pada pendekatan tradisional.
Kemenangan ini dianggap sebagai ekspresi nyata dari ketidakpuasan generasi muda terhadap sistem yang berjalan, serta kebutuhan akan solusi yang lebih kontekstual dan inklusif.
Baca Juga: Proyek Chromebook Diselidiki, Nadiem Makarim Dicekal Ke Luar Negeri oleh Kejagung