Parah! Masjid Ibrahim di Hebron, Israel Jadikan Tempat Hiburan, Padahal Banyak Sejarahnya

Bisnisbandung.com - Israel terus-menerus memicu kemarahan dunia, khususnya umat Muslim, setelah mengambil alih Masjid Ibrahim di Hebron dan menggunakannya sebagai tempat hiburan.

 Aksi ini memperlihatkan bagaimana Israel semakin berani melakukan pelanggaran terhadap tempat-tempat suci di Palestina.

Dilansir dari youtube Islam Populer, Masjid Ibrahim adalah salah satu situs suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.

Masjid ini dibangun di atas Gua Para Leluhur, tempat di mana makam Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yakub, dan istri Nabi Ibrahim, Siti Sarah, berada.

Baca Juga: Dari Pendukung Jadi Musuh, Ade Armando: Denny Siregar dan Rizieq Bersatu Melawan Jokowi

Hebron sendiri, tempat masjid ini berdiri, memiliki sejarah panjang yang terkait dengan Nabi Ibrahim yang pernah tinggal di sana sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Tak heran, Masjid Ibrahim dianggap sebagai situs paling suci kedua di Palestina setelah Masjid Al-Aqsa. Pada tahun 2017, masjid ini bahkan masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO.

Namun, status sakral dan historisnya tak menghalangi Israel untuk melakukan tindakan yang memicu konflik.

Masjid Ibrahim terletak di wilayah Tepi Barat yang berada di bawah kendali Israel. Wilayah ini sering menjadi sumber ketegangan antara umat Muslim Palestina dan Yahudi Israel.

Baca Juga: Rocky Gerung Menguak Kekuatan dan Tantangan Dinasti Jokowi

Setelah pembantaian di Masjid Ibrahim tahun 1994, di mana seorang Yahudi ekstremis bernama Baruch Goldstein menembaki jemaah yang sedang salat, Israel mengeluarkan aturan yang membagi masjid tersebut. Sekitar 60% masjid digunakan untuk Muslim, dan 40% sisanya untuk Yahudi.

Namun, situasi makin memburuk. Pada Oktober 2023, Israel mulai melanggar aturan tersebut dengan melarang umat Muslim Palestina untuk masuk ke Masjid Ibrahim.

Tak hanya itu, Israel bahkan mengizinkan pemukim ilegal Yahudi untuk menggunakan masjid tersebut sebagai tempat hiburan.

Baca Juga: Fenomena Kotak Kosong di Pilkada, Rocky Gerung: Tanda Demokrasi Indonesia Mati