Menurut Yeni Asropi, Ph.D., akademisi dan pengamat sosial ekonomi, konsep hak kekayaan intelektual (HKI) yang lahir dari peradaban Barat telah menjadikan ilmu sebagai barang eksklusif, hanya bisa diakses oleh yang mampu membayar.
“HKI menjadikan ilmu sebagai tambang uang bagi para pemodal,” (23 Mei 2025).
Ia menambahkan, meski sekilas terlihat sebagai bentuk penghargaan terhadap pencipta, sistem ini justru menjauhkan masyarakat dari akses ilmu dan teknologi.
“Penemuan penting seperti alat kesehatan bisa dipatenkan dan dijual dengan harga tinggi. Padahal, ilmu seharusnya menjadi hak bersama.”
Baca Juga: LPEM UI Ingatkan Dampak Serius Redenominasi Jika Dilakukan Tanpa Perencanaan Matang
Definisi resmi HKI sendiri disebut dalam artikel bahwa ia merupakan “hak eksklusif yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atas hasil olah pikirnya, misalnya karya cipta, penemuan, atau merek, untuk melindungi inovasi sekaligus mendorong kemajuan ekonomi.” (14-06-2024)
Namun di sinilah letak dilema besar. Ketika perlindungan hukum berubah menjadi pagar tinggi yang membatasi akses, dan ketika ilmu menjadi hak istimewa, bukan amanah untuk dibagi.
Royalti: Antara Hak dan Eksploitasi
Dalam sistem kapitalisme, karya diperlakukan layaknya komoditas. Setiap ide dihitung dalam angka, setiap lagu dikenakan royalti, setiap tulisan memiliki nilai jual.
Regulasi tentang hak cipta di Indonesia memang sudah diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014, tetapi praktiknya sering timpang.
Baca Juga: Urgensi Redenominasi Rupiah Dinilai Masih Lemah, Berpotensi Timbulkan Masalah
Banyak musisi dan penulis kecil hanya menerima sebagian kecil dari hasil jerih payah mereka, sementara industri besar menikmati keuntungan terbesar.
Royalti yang seharusnya menjadi bentuk penghargaan malah berubah menjadi alat eksploitasi. Karya menjadi produk pasar; nilai spiritualnya hilang, tergantikan oleh nilai komersial.
Pandangan Islam: Ilmu Adalah Amanah, Bukan Komoditas
Islam memandang karya intelektual dari sudut yang jauh lebih luhur. Ilmu adalah cahaya, bukan komoditas yang diperjualbelikan.
Artikel Terkait
Pers dari Idealisme ke Komersialisme
Heboh Insiden Kepala Sekolah Tampar Siswa Karena Merokok , Pengamat Pendidikan Ingatkan Aturan
Guru Gembul Tanggapi Kontroversi Trans7, Reaksi Protes Keras Picu Opini Negatif Terhadap Ponpes
Efisiensi Anggaran Rugikan Pendidikan, Celios Skeptis Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Gita Wirjawan Soroti Ketertinggalan Indonesia, Lemahnya Pendidikan dan Investasi Sektor Produktif
LKP Karya Jelita Gelar Kegiatan Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2025