Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

photo author
- Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB
Ilustrasi Makanan Bergizi (Pexels/Ella Olsson)
Ilustrasi Makanan Bergizi (Pexels/Ella Olsson)

Oleh: Ummu Fahhala, S. Pd. 

(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Bisnisbandung.com - Langit sore itu mendung. Di sebuah sekolah menengah, seorang anak perempuan tergeletak lemah di pangkuan ibunya. Wajahnya pucat, matanya sayu. Ia baru saja makan nasi kotak dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Bu... perutku sakit sekali,” ucapnya lirih, sebelum matanya kembali terpejam.

Ibunya panik. Guru-guru berlarian. Ambulans datang silih berganti. Suasana kelas berubah jadi ruang darurat.

Tangisan anak-anak bercampur dengan teriakan orang tua yang dipanggil mendadak.

Baca Juga: Khidmat, Presiden Prabowo Hadiri Peringatan Maulid Nabi di Masjid Istiqlal

Itulah kenyataan yang mengguncang. Di Kabupaten Lebong, Bengkulu, ratusan anak sekolah mengalami hal serupa. Di Lampung Timur, puluhan santri tersungkur karena keracunan.

Di Sleman, ratusan siswa jatuh sakit setelah menyantap makanan dari program ini. Bahkan di Sragen, para siswa dan guru sudah lebih dulu merasakan pahitnya racun yang disajikan atas nama gizi.

Program MBG sejatinya lahir dari janji kampanye. Ia hadir membawa harapan untuk mengatasi stunting, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan menggerakkan ekonomi lokal.

Baca Juga: Simbol-Simbol Perlawanan Mengguncang Indonesia: Dari Bendera One Piece hingga 3 Warna Revolusi

Namun kenyataan berkata lain. Harapan itu berbalik menjadi luka. Program yang seharusnya menyehatkan, justru menebar bahaya.

Seorang ayah di Bengkulu berkata kepada wartawan, “Kami tidak pernah membayangkan, nasi yang dikirim untuk anak-anak bisa membuat mereka masuk rumah sakit. Kami hanya ingin anak kami sehat, Bu...” (30/08/2025).

Suaranya bergetar. Ia bukan sedang mengeluh, tapi sedang bertanya kepada negara: mengapa anak-anak harus menanggung resiko dari kebijakan yang tergesa-gesa?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X