Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

photo author
- Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB
Ilustrasi Makanan Bergizi (Pexels/Ella Olsson)
Ilustrasi Makanan Bergizi (Pexels/Ella Olsson)

Keracunan ini bukan sekadar masalah teknis. Ia adalah tanda bahwa negara tidak boleh lalai menyiapkan standar yang kokoh.

Sanitasi buruk, distribusi asal-asalan, dan pengawasan longgar menjadi bom waktu.

Baca Juga: Soleman B. Ponto Klarifikasi Peran Intelijen TNI di Tengah Kerusuhan

Profesor Slamet Riyadi, pakar kesehatan masyarakat UGM, menegaskan, “Kebijakan sebesar MBG harus dijalankan dengan kontrol ketat. Tanpa itu, yang lahir bukan kesehatan, tapi bencana.”

Kata-katanya menohok. Negara seolah lupa bahwa keselamatan nyawa rakyat jauh lebih berharga daripada sekadar citra politik.

Suara Ideologi yang Terlupakan

Islam sejak awal telah menegaskan bahwa pemimpin adalah pengurus rakyat, bukan sekadar penguasa. Rasulullah saw. bersabda, “Imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Di masa Umar bin Khattab, khalifah turun langsung mengangkat gandum di punggungnya, memastikan rakyatnya makan dengan layak.

Tidak ada anak yang kelaparan, apalagi keracunan karena kelalaian negara.

Inilah perbedaan besar. Dalam sistem Islam, pemenuhan gizi bukan alat politik, melainkan kewajiban syariat.

Negara mendanai dari baitulmal, mengelola distribusi dengan bersih, dan memastikan setiap suap makanan aman bagi yang menerimanya.

Seorang guru di Sleman sempat berbisik kepada siswanya yang terbaring, “Nak, semoga kamu segera sembuh. Kalian generasi harapan bangsa. Kalian tidak pantas jadi korban.”

Baca Juga: Soleman B. Ponto Klarifikasi Peran Intelijen TNI di Tengah Kerusuhan

Kalimat sederhana itu mengguncang hati. Betapa menyakitkan jika generasi emas yang seharusnya tumbuh sehat, justru rapuh karena makanan dari negara.

Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu...” (QS. Al-Anfal: 24).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X