Bisnis Bandung – Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, banyak sekali yang rusak dalam kehidupan ini, dan tidak ada perbaikannya, artinya kerusakannya berlanjut.
Kata Fahri Hamzah, tentu dalam pengalaman sebuah negara yang demokrasi, kerusakan itu efektifnya kalau pemimpinnya diganti.
Karena kalau dalam kerajaan, kita menunggu perbaikan - perbaikan kerajaan itu sampai rajanya mangkat, itu kan menunggu darah berhenti disatu generasi atau seorang pemimpin, karena akan berpindah kedarah lain, kalau dalam militerisme kita menunggu kudeta, atau dalam otoritarianisme lain kita menunggu gerakan masa, tegas Fahri Hamzah.
Menurut Fahri Hamzah, dalam demokratis ini, kita bisa juga nunggu gerakan mahasiswa tetapi kan ada yang terjadwal, dan sebisa mungkin jadwal itu kita dukung, karena itu bagian dari tradisi masyarakat demokratis yaitu pemilu.
Baca Juga: Ernest Prakasa: Saya Memilih Golput, Jika Pemilu 2024 Kandidatnya hanya Anies Baswedan dan Prabowo
Ditegaskan Fahri Hamzah, pemilu itulah harapan kita, yang diharapkan nanti akan memperbaiki keadaan, karena yang sekarang sudah kadung diganti, kita mau berharap kepada siapa, kan susah, kata Fahri Hamzah.
"Suara - suara oposisi seperti yang disampaikan media dan kawan kawan yang lain tidak di "welcome", bahkan tidak ada pembelaanya, bahkan elit secara sadar atau tidak, membiarkan bahwa pembungkaman oposisi dan yang berbeda dimasyarakat itu sebagai sesuatu yang lumrah", papar Hamri Hamzah.
Jadi jadwal kita, harapan kita ya cuma dipemilu untuk perbaikan, makanya kalau pemilu yang sisa dua tahun lagi, atau kira kira dua puluh bulan lagi, kalau itu tidak kita selamatkan, rusaklah kita semuanya.
Karena sudah jelasnya rusaknya, yaitu terutama ada tiga level kerusakan.
Fahri Hamzah memaparkan, level kerusakan yang pertama adalah kerusakan naratif, krisis narasi, kita kayanya sebagai bangsa itu mau megang apa yang enak dan unggul, agung.
Pancasila dilakukan direintepretasi, dikontradiksikan. Lembaga baru dilahirkan, seperti BPIP untuk merecoki pemahaman umum tentang Pancasila.
Sila Ketuhanan dianggap sebagai awal dari fundamentalisme agama, dianggap memberikan angin sorga kekolotan, kadal gurun dan istilah - istilah lama yang dulu muncul, sebelum kita menjadi bangsa seperti ini, kembali muncul lagi.
Baca Juga: Mafia Galang Dana Untuk Tunda Pemilu 2024, Masinton: Bahaya Besar
Artikel Terkait
Ini Penyataan Jokowi Soal kenaikan BBM, Bahan Pangan dan Penundaan Pemilu
Pemilu Diundur, 3 Periode Masa Jabatan ?! ini Pernyataan Resmi Dari Pemerintah
Pemilu 2024, Ini Titah Jokowi Untuk KPU dan Bawaslu
Geliat Pemilu 2024, NasDem Kabupaten Bandung Perkuat Konsolidasi Kader Seluruh Daerah