Bisnis Bandung - Pegiat Media Sosial dan Akademikus Ade Armando mengatakan salah satu persoalan demokrasi di Indonesia adalah kita banyak pemuka pendapat atau "Keys Opinion Leader" atau influencer yang terkesan asal bicara.
Dikatakan Ade Armando, masalahnya banyak orang-orang semacam ini menjadi perhatian banyak orang.
"Celakanya, banyak sekali kalau warga masyarakat akan merujuk kepada pandangan mereka", tegas Ade Armando.
"Saya (read: Ade Armando) ingin bicara sebuah contoh, saya kaitkan dengan kasus pengeroyokan saya, salah satu yang penting disebut Ustadz Felix Siauw'
Baca Juga: Ustadz Felix: Aneh, Pemerintah Terapkan Politik Oportunis, Seharusnya Seperti Penggembala Domba
Ustadz Felix Siauw membandingkan kasus pengeroyokan, saya (read: Ade Armando) dengan kasus Novel Baswedan.
Menurut Ade Armando, Ustadz Felix Siauw tidak cukup berfikir panjang, bagaimana mungkin dia membandingkan kasus pengeroyokan saya dengan kasus Novel Baswedan.
"kasus saya bisa segera ditangani karena kekerasan brutal/kasus pengeroyokan itu terjadi dalam kondisi terang benderang, disiang hari, didepan banyak orang"
"Begitu juga ada banyak orang yang bisa merekam peristiwa, ada wartawan, mahasiswa, ada orang biasa yang kebetulan berada dilokasi kejadian"
"Kasus pemukulan/kasus pengeroyokan pun berlangsung didalam waktu lebih dari 10 menit"
Polisi menggunakan tekhnologi "face recognition" untuk melacak para pelaku, sehingga tidak sulit untuk segera mengidentifikasi siapa para pelakunya"
"Adapun soal dalang, bisa saja nanti akan diketahui bahwa tindak kekerasan/kasus pengeroyokan ini terjadi semacam spontan, dengan kata lain, tidak ada dalang, tidak ada master mind"
Ustadz Felix Siauw membandingkan kasus pengeroyokan, saya (read: Ade Armando) dengan kasus Novel Baswedan.
Menurut Ade Armando, Ustadz Felix Siauw tidak cukup berfikir panjang, bagaimana mungkin dia membandingkan kasus pengeroyokan saya dengan kasus Novel Baswedan.
"kasus saya bisa segera ditangani karena kekerasan brutal/kasus pengeroyokan itu terjadi dalam kondisi terang benderang, disiang hari, didepan banyak orang"
"Begitu juga ada banyak orang yang bisa merekam peristiwa, ada wartawan, mahasiswa, ada orang biasa yang kebetulan berada dilokasi kejadian"
"Kasus pemukulan/kasus pengeroyokan pun berlangsung didalam waktu lebih dari 10 menit"
Polisi menggunakan tekhnologi "face recognition" untuk melacak para pelaku, sehingga tidak sulit untuk segera mengidentifikasi siapa para pelakunya"
"Adapun soal dalang, bisa saja nanti akan diketahui bahwa tindak kekerasan/kasus pengeroyokan ini terjadi semacam spontan, dengan kata lain, tidak ada dalang, tidak ada master mind"
Baca Juga: Tidak Dukung Prabowo dan Anies Baswedan, Ustadz Felix Siauw Bingung Disebut Ustadz Radikal
Membandingkan Dengan Kasus Novel Baswedan.
Sekarang kita lihat kasus Novel Baswedan, bisa dipahami bahwa kasus Novel Baswedan tidak mudah untuk diselidiki.
"Bila anda masih ingat, Novel Baswedan diserang saat pagi buta, dia sedang berjalan menuju rumah, dan tiba-tiba didatangi dua pengendara sepeda motor".
"Memang ada saksi, tapi saksi hanya melihat peristiwa secara sepintas dalam keadaan ketakutan pula'
"Kegiatan itu memang terekam CCTV, tapi gambar yang tertangkap serba tidak lengkap"
"Jadi pencarian pelaku sama sekali tidak mudah, begitu juga dengan pelacakan dalang, kalaupun memang ada dalang"
"Pelaku yang tertangkap mengaku mereka melakukan penyerangan terhadap novel Baswedan karena dendam pribadi"
"Jadi tidak ada dalang sebagaimana tidak ada dalang dalam kasus pengeroyokan terhadap saya", papar Ade Armando.
Ade Armando menyatakan, bercerita panjang ini, untuk memberikan pemahaman bahwa perbandingan yang dilakukan oleh Ustadz Felix Siauw, sema sekali tidak melandaskan diri pada akal sehat.
Menurut Ade Armando kasus pengeroyokan terhadap dirinya dengan kasus Novel Baswedan adalah dua kasus yang berbeda.
Baca Juga: Sering Kritik Pemerintah Lewat Dakwahnya, Ibunda Khawatir Ustadz Felix Siauw Ditangkap Polisi
Namun Ustadz Felix Siauw dengan sengaja menggiring cara pandang masyarakat bahwa penyerangan/kasus pengeroyokan terhadap saya (read: Ade Armando) bukanlah persoalan serius.
Dan Ustadz Felix Siauw menganggap cara perlakuan penanganan antara kasus Novel Baswedan dengan kasus pengeroyokan terhadap saya (read: Ade Armando) terkesan tebang pilih.
"Saya tidak tahu pasti, apakah Ustadz Felix Siauw menyadari kekacauan berfikir atau tidak"
Statement Ade Armando tersebut ditegaskannya, dichannel youtube CokroTv, dengan judul video, "Felix Siauw Bandingkan Saya dengan Novel Baswedan, tayang 20/05/2022.***
Namun Ustadz Felix Siauw dengan sengaja menggiring cara pandang masyarakat bahwa penyerangan/kasus pengeroyokan terhadap saya (read: Ade Armando) bukanlah persoalan serius.
Dan Ustadz Felix Siauw menganggap cara perlakuan penanganan antara kasus Novel Baswedan dengan kasus pengeroyokan terhadap saya (read: Ade Armando) terkesan tebang pilih.
"Saya tidak tahu pasti, apakah Ustadz Felix Siauw menyadari kekacauan berfikir atau tidak"
Statement Ade Armando tersebut ditegaskannya, dichannel youtube CokroTv, dengan judul video, "Felix Siauw Bandingkan Saya dengan Novel Baswedan, tayang 20/05/2022.***