Bisnis Bandung - Krisis iklim di Indonesia membawa dampak nyata dan dirasakan anak-anak saat ini. Hal tersebut dirilis dalam laporan global Save The Children pada September 2021.
Dalam laporan "Born into the Climate Crisis" tersebut disebutkan, anak-anak Indonesia yang lahir tahun 2020 beresiko menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan, serta 3 kali lebih banyak gagal panen.
Bahkan, laporan tersebut menyebutkan, dampak krisis iklim membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang di Indonesia.
Baca Juga: Tiga Kampung di KBB Diterjang Longsor, Puluhan Rumah Alami Rusak
“Studi kami sangat jelas menggambarkan, anak-anak menanggung beban berat karena tumbuh dalam situasi yang mengancam, dan anak memiliki beragam faktor yang membuat mereka lebih rentan secara fisik, sosial, dan ekonomi,” tegas Ketua Pengurus Yayasan Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung.
Tinjauan literatur yang dilakukan oleh Save the Children Indonesia pada 2022, menemukan sejumlah fakta sebagai berikut:
1. Secara nasional, hasil prediksi iklim sepuluh tahunan menunjukkan, akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan selama El Nino. Berdasarkan prediksi peluang terjadinya peristiwa cuaca kering ekstrim pada 2020-2025, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami cuaca ekstrim di atas normal (BAPPENAS 2018). Pada 2020, laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait kejadian bencana menyebutkan, terdapat 4.650 total kejadian bencana alam, 99,2% diantaranya merupakan kejadian bencana yang berasosiasi dengan faktor iklim dan cuaca.
Baca Juga: Sumedang Jadi Perwakilan Jawa Barat Dalam Penerapan dan Pengaplikasian Smart City
2. Di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah pengungsi akibat kekeringan bertambah signifikan dari 21.688 jiwa tahun 2018 menjadi 6 kali lebih besar pada 2019 hingga mencapai 139.746 jiwa, termasuk anak-anak.
3. Di Sulawesi Selatan, jumlah populasi terpapar gelombang tinggi dan abrasi diperkirakan mencapai 265.307 jiwa. Dari angka tersebut, 40.508 jiwa merupakan kelompok rentan termasuk anak-anak. Anak-anak di wilayah Kepulauan Selayar, Takalar, Pangkajene Kepulauan dan Makassar memiliki resiko tinggi abrasi.
4. Di Jawa Barat, statistik tahun 2022 mencatat, jumlah kejadian banjir mencapai 247 pada tahun 2021. Dari kejadian tersebut, 20 orang meninggal dunia, 282 terluka, serta 1.440.252 orang terdampak dan mengungsi termasuk anak-anak. Jumlah kelurahan/ desa terdampak banjir dari seluruh Kabupaten/ Kota di Jawa Barat bertambah signifikan sejak 2019 hingga 2021.
Baca Juga: Beberapa Kesalahan Saat Sarapan, Yang Terakhir Sering Terjadi
Save the Children menekankan, jika kenaikan suhu dijaga tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, dampak dari ancaman iklim pada generasi mendatang dapat berkurang, seperti kekeringan sebesar 39%, banjir sungai 38%, gagal panen 28%, dan kebakaran hutan 10%.
“Investasi pada penurunan emisi seharusnya berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan upaya penurunan risiko dan meningkatkan kapasitas adaptasi pada anak. Untuk itu, Save the Children Indonesia menggandeng berbagai pihak, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk bersama-sama melakukan aksi adaptasi melalui Aksi Generasi Iklim,” tutur Selina.
Aksi Generasi Iklim merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi dan dipimpin anak-anak dan orang muda, untuk memastikan anak-anak dan keluarga terutama mereka yang terdampak langsung krisis iklim dapat melakukan upaya-upaya bertahan hidup dan beradaptasi, serta memperkuat sistem terkait penanganan perubahan iklim yang lebih berpihak pada anak.
Baca Juga: Gara-Gara Kasus Video Porno Dea OnlyFans, Marshel Widianto Mengaku Kehilangan Kontrak 4 Brand Ternama
"Setelah mendapatkan penjelasan mengenai dampak krisis iklim, saya lebih sadar bahaya perubahan iklim yang kita rasakan hari ini. Sudah saatnya anak-anak ikut bergerak dan dilibatkan, karena kami yang akan merasakan dampak terburuk dari krisis iklim saat ini dan pada masa mendatang," ujar Perwakilan Child Campaigner Jawa Barat Save the Children Indonesia, Ranti yang berusia 17 tahun.
Menurut Ranti, pemerintah harus melibatkan anak-anak dalam membangun kesadaran dampak krisis iklim dan menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk anak-anak berpendapat.
"Harusnya, semua anak bisa mulai berpartisipasi. Tapi sayangnya masih banyak anak belum tahu tentang krisis iklim, dan bagaimana bisa berperan untuk membuat perubahan. Sebagai Child Campaigner, saya ingin mengajak semua anak bergerak dan tidak takut untuk bersuara.” kata Ranti.
Baca Juga: Tsamara Amany Mundur dari PSI Lantaran Suaminya Diduga Penggemar Berat Gubernur DKI Anies Baswedan
Aksi Generasi Iklim diprakarsai anak-anak Indonesia, terutama mereka yang berhadapan dan terdampak langsung dari krisis iklim. Anak-anak tersebut berasal dari Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.***