Setelah Terusan Suez dinasionalisasi Mesir, akses ini beberapa kali ditutup karena masalah geopolitik, seperti berdirinya Israel yang memicu ketegangan.
Penutupan Terusan Suez mengganggu perdagangan global, mendorong munculnya ide pembangunan Kanal Bangurion pada tahun 1960-an.
Kanal ini direncanakan hampir sepertiga lebih panjang dari Suez, memberikan pengaruh besar terhadap pasokan global jika berhasil dibangun.
Proyek Kanal Ben Gurion diumumkan pada 2021 dengan perkiraan biaya konstruksi antara USD 16 miliar hingga USD 55 miliar, bahkan ada yang menyebutkan mencapai USD 100 miliar.
Baca Juga: Di Hadapan Bos Perancis, Prabowo Ungkap Ambisi Energi Hijau Indonesia
Kanal ini direncanakan lebih efisien dari Suez, dapat menampung lebih banyak kapal dengan navigasi dua arah, dan didesain untuk menghindari insiden kapal terjebak yang mengganggu perdagangan dunia.
Kanal ini juga akan didukung dengan pembangunan kota-kota kecil, hotel, restoran, dan kafe di sepanjang jalurnya.
Namun, proyek ini menghadapi berbagai tantangan besar. Selain biaya konstruksi yang fantastis, upaya penggalian jalur ini merupakan pekerjaan yang berat dan berjangka panjang.
Hambatan utama lainnya adalah situasi keamanan di sekitar Gaza yang masih bergolak.
Baca Juga: Jokowi Akan Terkucilkan Jika Masuk DPA Berisi Megawati dan SBY, Rocky Gerung: Auranya Kalah
Untuk membangun kanal ini, Israel harus menghadapi tantangan geografis dan politik, termasuk perlawanan dari negara-negara Arab dan Muslim serta pengaruh besar dari Rusia dan Tiongkok yang mungkin tidak akan diam melihat proyek ini berjalan.
Jika proyek ini terealisasi, Mesir akan kehilangan monopoli atas rute terpendek antara Afrika, Asia, dan Eropa. Kanal alternatif ini bisa menghilangkan potensi penggunaan Terusan Suez sebagai alat pengaruh Mesir terhadap Israel.
Namun, proyek ini juga berisiko memicu konflik global, mengingat kepentingan besar dari berbagai negara.
Proyek Kanal Ben Gurion merupakan langkah strategis Israel yang dapat mengubah peta perdagangan global.***