Bisnisbandung.com — Sebuah dermaga apung senilai US$320 juta yang dibangun oleh Amerika Serikat di lepas pantai Gaza kini menuai kontroversi.
Awalnya, dermaga ini diklaim sebagai sarana untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza.
Namun, laporan terbaru mengungkapkan bahwa dermaga tersebut ternyata digunakan untuk mengirimkan peralatan militer.
Baca Juga: Respons Tegas Ketua DPR Puan Maharani terhadap RUU Penyiaran
Kabar ini pertama kali mencuat setelah beberapa rekaman video yang bocor menunjukkan pengiriman sistem pertahanan udara C-RAM (Counter Rocket, Artillery, and Mortar) AS melalui dermaga "sementara" tersebut.
Selain itu, sistem anti-drone M-LIDS (Mobile Low, Slow, Small Unmanned Aircraft Integrated Defeat System) dan kendaraan militer AS lainnya juga terlihat dikirim melalui pelabuhan tersebut.
Penggunaan dermaga apung ini untuk pengiriman peralatan militer memicu reaksi keras dari berbagai pihak.
Baca Juga: Terungkap! Pencurian di Rumah Dinas Bobby Nasution, Pelaku Ditangkap Berkat CCTV
Banyak yang merasa tertipu oleh klaim awal bahwa dermaga tersebut dibangun semata-mata untuk tujuan kemanusiaan.
Penduduk Gaza sendiri merasa khawatir dengan temuan ini.
Banyak yang merasa bahwa kehadiran peralatan militer AS di dekat wilayah mereka hanya akan memperburuk situasi keamanan yang sudah rapuh.
Baca Juga: Puan Maharani: PDI-P Minta Maaf Ada Kader Langgar Etika Politik dan Konstitusi
"Kami sudah cukup menderita dengan konflik yang ada, dan sekarang ini hanya menambah kekhawatiran kami," kata seorang warga Gaza yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dengan berkembangnya kontroversi ini, tekanan semakin meningkat pada pemerintah AS untuk menjelaskan tujuan sebenarnya dari dermaga apung tersebut dan untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan tetap menjadi prioritas.
Artikel Terkait
Senator AS Peringatkan Tindakan ICC Terhadap Israel, "AS Bisa Jadi Target Berikutnya"
Pengamat Energi : Eksplorasi Sumber Energi Baru, Kunci Peningkatan Produksi Minyak Dan Gas Indonesia
China Adakan Latihan Militer di Perbatasan, Rencana Invasi Taiwan pada Awal Juni 2024
Wapres Ma’ruf Amin: Kuliah itu Penting, tapi Tidak Harus untuk Semua Orang
Perkuat Aliansi, Amerika Serikat Tunjuk Kenya sebagai Sekutu Non-NATO Perdana dari Afrika Sub-Sahara
Wakil PM Spanyol Memicu Kemarahan Menlu Israel dengan Slogan Kontroversial