Bisnisbandung.com - Gerakan boikot terhadap produk-produk buatan Israel dan yang berafiliasi dengan negara tersebut disebut-sebut berhasil memberikan pukulan telak.
Aksi ini tidak hanya membuat Israel merugi, tetapi juga memberikan tekanan besar pada roda perekonomian perusahaan-perusahaan asal Israel.
Bahkan, dampaknya mulai terasa pada tingkat pemerintahan, terutama dalam pembiayaan perang melawan Hamas.
Baca Juga: Mahfud MD: Pemilu itu Memilih Manusia Bukan Memilih Malaikat
Konflik antara Israel dan Hamas memicu kemarahan dan solidaritas masyarakat dunia.
Banyak orang bergabung dalam gerakan boikot untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap tindakan Israel.
Akibatnya, sejumlah perusahaan yang terafiliasi dengan Israel menghadapi krisis pendapatan yang signifikan.
Baca Juga: Menyusul Sam Altman yang Dipecat, Presiden OpenAI Greg Brockman Ikut Mengundurkan Diri
Gerakan boikot ini tidak hanya berdampak pada sektor swasta, tetapi juga mulai mengganggu pendanaan pemerintah Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pemasukan yang diperlukan, terutama untuk membiayai angkatan militernya.
Hal ini terjadi di tengah lonjakan utang yang mencapai 8 miliar dolar Amerika Serikat.
Meskipun belum ada laporan resmi terkait nilai kerugian yang diderita oleh Israel.
Menurut Azzam Izzulhaq, CEO & Founder AMI Group, setiap harinya Israel harus mengeluarkan anggaran sebanyak $260 Juta atau lebih dari Rp4 Triliun.
Artikel Terkait
Sering Keluar Soal di TWK CPNS! Berikut 7 Tata Urutan Hierarki Peraturan di Indonesia
Pemilih Cerdas, Pemimpin Berkualitas Mengantarkan Indonesia Pada Masa Emas
Gibran Minta Kecurangan Dibuktikan, Megawati Sebut 3 Indikasi Menyimpang dari Aturan Pemilu Nomor 3 Memprihatinkan
APINDO Jabar Sambut Baik PP Nomor 51 Tahun 2023
Asal Muasal Perang Antara Palestina Dan Israel Yang Sedang Terjadi
Temuan Terbaru: Pertamina dan Polri Gagalkan Penyimpanan Ilegal BBM Subsidi di Pati