Bisnisbandung.com - Melalui Keputusan Gubernur, Anies Baswedan mengubah nama beberapa nama jalan di Jakarta dengan nama baru. Ada nama Mpok Nori, Bang Jampang, dan sebagainya. Malah, Gubernur DKI Jakarta itu mengubah ”rumah sakit” menjadi ”rumah sehat”.
Perubahan nama itu ada yang menerimanya dengan antusias, ada pula yang tidak begitu menyuakinya. Pro-kontra memang biasa. Penggantian nama rumah sakit menjadi rumah sehat saja di medsos menjadi bahan jok. ”Harus ada pengumuman, orang sakit tidak boleh masuk”
Perubahan nama tempat, jalan, stasiun, bandara, dan lain-lain sering kali dilakukan orang. Hampir di semua tempat (provinsi, kota/kabupaten) pernah terjadi. Bukan hanya di Jakarta tetapi justru lebih dulu dilakukan di Bandung.
Baca Juga: Anies Punya Dukungan Cukup Besar Kendala Pencapresannya Juga Besar
Perubahan nama itu tidak dapat dilakukan begitu saja. Gubnernur, walikota, atau bupati harus memiunta pendapat ahli sejarah, ahli bahasa, dan perencanaan kota. Bakal nama yang direncanakan biasanya dibawa ke sebuah seminar.
Sestelah ada kesepakatan, dibicarakan di panitia khusus DPRD. Setelah disetujui DPRD, perubahan nama itu diumumkan dengan SK Gubernur, Walikota, atau Bupati. Berdasarkan keputusan Walikota, di Bandung pernah dilakukan perubahan nama jalan.
Nama jalan yang pertama diganti, Jalan Banteng di kawasan Turangga. Di kawasan itu berdiri Masjid Mujahidin berikut Sekretariat DPD Muhammadiyah. Sebagai rasa hormat terhadap kiyai Muhammadiyah itu, nama Jl. Banteng diubah menjadi Jl.KH.Ashmad Dahlan
Sampai hari ini, setelah sekira 20 tahunan, nama jalan dalam kelompok nama binatang itu masih dikenal orang sebagai Jl.Banteng. Nama penggantinya, Jl. KH Ahmad Dahlan, hampir tidak dikenal orang.
Bila ada orang bertanya di mana alamat Rumahsakit Muhamadiyah, jawabnya pasti di Jl. Banteng. Jalan yang bernasib serupa ialah Jalan K.H. Wahid Hasyim. Banyak orang Bandung bingung, di mana jalan yang memiliki nama tokoh NU, ayah Gus Dur tersebut.
Berbeda kalau orang bertanya di mana Jalan Kopo. Ia akan segera mendapat jawaban, Jl. Kopo itu menghubungkan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung di bagian barat. Jalan Kopo itulah yang berganti nama menjadi Jalan K.H. Wahid Hasyim.
Nama kompleks perumahan yang ada di sepanjang jalan itu, diberi mama Kopo Elok, Kopo Permai, Kopo Regency, RS Santosa-Kopo, dan nama lain yang menggunakan Kopo. Hal itu memperkuat nama Jalan Kopo dan mengburkan nama Jl.K.H.Wahid Hasyim.
Jalan Kiaracondong diubah namanya menjadi Jl. Ibrahim Ajie. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa mantan Panglima Teritorium III/Siliwangi, Ibrahim Ajie yang berhasil menumpas gerombolan DI/TII, namanya diabadikan sebagi nama jalan di Kota Bandung.
Sayangnya, nama panglima itu ditetapkan sebagai pengganti nama Jalan Kiaracondong.
Nama Kiaracondong bagi orang Bandung sudah sangat akrab. Askoibatnya, nama Jalan Ibrahim Ajie tenggelam dalam kepopuleran nama Kiaracondong.
Jalan Raya Ujungberung cdari Civaheum, Cikadut, hingga bundran Cibiru, mendapat nama baru, Jalan A.H. Nasution. Jenderal yang terhindr dari pembunuhan oleh PKI pada peristiwa G-30/PKI itu pernah lama menjadi Panglima Siliwangi. Namanya diabdikan pada nama jalan.
Artikel Terkait
Batik Air Segera Melayani Kembali Rute Penerbangan JAKARTA ke KUALA LUMPUR
Pecapresan Makin Mendidih Di Jakarta Perang Baso di Daerah Perang Baliho
Dalam Perundingan RENVILLE di Teluk Jakarta, Utusan Belanda Dipimpin Orang Indonesia