Bisnisbandung.com - Fenomena rojali dan rohana, menjadi perbincangan di berbagai media online dan media sosial.
Narasi yang muncul nampak memojokkan para pengunjung mall yang jarang beli dan hanya nanya.
Namun perlu kita kaji ulang, apakah itu sebuah kesalahan para pengunjung mall? Atau mereka hanya korban keadaan.
Kita memahami, semua butuh uang, termasuk para pemilik mall, kalau mereka prihatin ketika pengunjung jarang beli dan hanya nanya, memang wajar.
Coba kita telusuri di balik fenomena rojali dan rohana, ada jeritan hati masyarakat yang memang tak mampu beli barang-barang di mall.
Baca Juga: Bumi Berputar Lebih Cepat pada Juli–Agustus 2025, Hari Jadi Lebih Pendek dari 24 Jam?
Jika mereka sekedar refreshing, mencari suasana sejuk dan pemandangan indah, yang memang tak mereka dapat di sekitar rumah mereka, apakah sebuah dosa dan kesalahan?
Semua pihak wajib bersikap bijaksana. Jika hal ini terkait daya beli masyarakat, maka ada yang salah dalam pengelolaan ekonomi.
Seyogyanya dianalisa mengapa daya beli masyarakat semakin menurun. Apakah upah pekerja memang terlalu rendah?
Apakah harga barang di mall yang memang terlalu mahal dan tak terjangkau?
Pemerintah mestinya bijak menyikapi fenomena rojali dan rohana. Memang tak perlu belanja di mall, jika harga barangnya terlalu mahal kan?
Baca Juga: Mengenal Lontar Merapi Merbabu, Karya Sastra Dari Jawa
Belajar realistis itu penting, bukan hanya mengejar gengsi dan pengakuan sekitar, tak perlulah mengejar validasi namun menguras rezeki.
Di sisi lain, pemerintah perlu mulai melangkah dalam pemberdayaan masyarakat, meningkatkan UMR dan juga mencari berbagai upaya agar masyarakat memiliki daya beli tinggi.
Artikel Terkait
Ini Dia Hubungan Pengendalian Diri Dengan Peningkatan Kesadaran Spiritual
Menunda Respon Dan Melambatkan Tempo, Membuka Pintu Kebijaksanaan
Jalan Spiritual, Melihat Dengan Mata Semesta
Musim Kemarau Kok Banjir? Isu Modifikasi Cuaca Picu Kecurigaan Publik
Mengenal Lontar Merapi Merbabu, Karya Sastra Dari Jawa
Bumi Berputar Lebih Cepat pada Juli–Agustus 2025, Hari Jadi Lebih Pendek dari 24 Jam?