Bisnisbandung.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka setelah mengetahui ada seorang anak berusia 3 tahun di Kabupaten Sukabumi meninggal dunia akibat TBC dalam kondisi memprihatinkan.
Dedi Mulyadi langsung memutuskan untuk menunda bantuan bagi desa tersebut.
Dikutip dari youtube dprd jabar, Dedi Mulyadi menjelaskan "Saya memutuskan terhadap desa itu memberikan hukuman. Saya tunda bantuan desanya karena desanya tidak mampu ngurus warganya."
Baca Juga: Tambang Ilegal Dibekingi Aparat, CELIOS Nilai Retorika Prabowo Bagus tapi Sulit Dieksekusi
Dedi Mulyadi menegaskan keputusan itu bukan semata hukuman tetapi juga bentuk koreksi terhadap tata kelola pemerintahan desa.
"Kerangka ini harus dibangun. Kita bertugas mengemban amanah, titah dari Allah. Seluruh titah dari Allah harus kita pahami dari rangkaian peristiwa alam," lanjutnya.
Dedi Mulyadi juga menyinggung soal akar masalah yang lebih luas.
Ia mencontohkan peradaban Jawa Barat sejak masa Tarumanagara yang mampu membangun tata kelola air dari hulu hingga muara sungai.
Menurutnya kondisi kini berbanding terbalik.
Baca Juga: Setelah Mafia Sawit, Presiden Prabowo Kini Bidik Tambang Ilegal
"Tata ruang berubah. Sungai-sungai berubah peruntukannya, sawah-sawah berubah peruntukannya. Pemukiman menghampar di Bekasi, Bogor, Karawang. Akibatnya banjir datang setiap waktu. Kemiskinan tidak terselesaikan," papar Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi mengatakan ada dua titik kelemahan utama masyarakat adalah ekonomi dan lapangan pekerjaan.
"Ini karena kita lupa membangun konektivitas antara pendidikan dan industri, antara dunia IT dengan keadaan masyarakat," tegasnya.
Kasus yang membuat Dedi Mulyadi geram adalah meninggalnya seorang anak di sebuah kampung terpencil di Sukabumi.
Baca Juga: Setya Novanto Bebas Bersyarat, Hak Narapidana atau Celah Hukum?
Artikel Terkait
Hari Konstitusi, Rocky Gerung Kritik Negara yang Kalahkan Kedaulatan Rakyat
Pakar Adi Prayitno Kritisi Wacana Pertemuan Prabowo & Megawati: Ada Apa?
HUT RI ke-80 Megawati Tak Hadir, Pakar Politik Ungkap Rahasia di Baliknya
“Hidup Dalam Kepalsuan 10 Tahun”, Amien Rais Kritik Kepemimpinan Jokowi
Korban Jebakan Utang China Muncul, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jadi Sorotan Awalil Rizky
Ekonom Kritik Target 5,4% RAPBN 2026, Pemerintah Dinilai Terlalu Optimistis