Anak berusia 3 tahun itu hidup dengan kondisi tragis. Sang ibu mengalami gangguan jiwa sementara ayahnya sakit TBC.
"Anak itu tiap hari tinggal di kolong. Dia meninggal di rumah sakit dalam keadaan seluruh cacing keluar dari mulut dan hidungnya. Betapa kita gagap dan lalai," ujar Dedi Mulyadi dengan nada emosional.
Ia menilai perangkat birokrasi dari tingkat RT hingga desa gagal membangun kepedulian.
"Semua orang bicara anggaran, bicara keuangan. Lupa bahwa di balik anggaran ada rasa dan cinta. Itu yang bisa menghidupkan yang tiada," pungkasnya.***
Artikel Terkait
Hari Konstitusi, Rocky Gerung Kritik Negara yang Kalahkan Kedaulatan Rakyat
Pakar Adi Prayitno Kritisi Wacana Pertemuan Prabowo & Megawati: Ada Apa?
HUT RI ke-80 Megawati Tak Hadir, Pakar Politik Ungkap Rahasia di Baliknya
“Hidup Dalam Kepalsuan 10 Tahun”, Amien Rais Kritik Kepemimpinan Jokowi
Korban Jebakan Utang China Muncul, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jadi Sorotan Awalil Rizky
Ekonom Kritik Target 5,4% RAPBN 2026, Pemerintah Dinilai Terlalu Optimistis