Bisnisbandung.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan pandangan reflektif soal kepemimpinan.
Dalam pernyataan terbarunya Dedi Mulyadi menegaskan bahwa dirinya memimpin di tengah situasi yang tak selalu nyaman antara yang mendukung dan yang mengkritik.
“Saya pemimpin hidup di antara dua, ada yang suka dan yang tidak suka, yang menyetujui dan yang tidak menyetujui,” ujar Dedi Mulyadi dalam sebuah video instagramnya.
Baca Juga: Literacy in Indonesia: Practice and Policies, Apakah Sudah Berhasil?
Mantan Bupati Purwakarta itu mengungkapkan pada Senin mendatang dirinya kembali akan turun langsung ke berbagai kabupaten untuk menyelesaikan persoalan warga.
Menurutnya gaya kepemimpinan yang langsung menyentuh masyarakat jauh lebih efektif dibanding pendekatan birokratis yang panjang dan formal.
“Kalau tidak dicontohi tidak turun susah selesai. Atau kalau hanya pakai metodologi birokrasi melalui pendekatan formal berjenjang dan terstruktur itu perlu waktu panjang,” tegas Dedi Mulyadi.
Ia menyatakan memilih jalur cepat dengan pendekatan sosial untuk percepatan penyelesaian masalah.
Tujuannya agar publik bisa menjalankan hak dan kewajiban secara seimbang.
Baca Juga: Konsumsi Domestik Naik, GAPKI Wanti-Wanti Dampak ke Devisa Ekspor Sawit
“Saya ingin melakukan percepatan bukan cuma kinerja birokrasi tapi juga kinerja sosial. Untuk memenuhi keinginan psikologis publik,” katanya.
Dedi Mulyadi juga menyinggung soal kritik publik terhadap gaya komunikasinya yang sering menimbulkan pro-kontra di media sosial.
Ia mengaku tak masalah dengan otokritik dan menganggap itu bagian dari dinamika sehat dalam demokrasi.
“Saya menyampaikan permohonan maaf kalau setiap hari saya bikin kegaduhan lewat berbagai langkah dan kebijakan. Banyak yang tidak suka banyak juga yang secara terbuka melakukan otokritik. Dan saya terima itu dengan baik,” ujarnya.
Baca Juga: Ketegangan AS-China Ancam Ekspor Sawit, GAPKI: Jangan Sampai Saling Membalas Berlanjut
Artikel Terkait
Ketua PN Jakarta Selatan Ditangkap! Kejagung Bongkar Suap Ekspor CPO
Terjerat Suap Ekspor CPO Rp 60 Miliar, Kekayaan Ketua PN Jakarta Selatan Cuma Rp 3,1 Miliar
Wow! Ferrari SF90 hingga Nismo GTR Disita Kejagung dalam Kasus Suap Ketua PN Jakarta Selatan
Mindset Antikorupsi Prabowo Masih Seperti Poco-Poco, Pengamat Politik: Maju Mundur Tak Jelas
Pencitraan Berlebihan Gaya Dedi Mulyadi Dianggap Lebay Kata Pengamat Politik
Menteri Sowan ke Jokowi, Pengamat: Mereka Masih Anggap Jokowi Bosnya!