PANDEMI Covid-19, baik itu delta maupun omicron, berdampak sangat luas, baik kesehatan maupun ekonomi, Pandemi gelombang ketiga ini memapar lebih dari 140 negara. Banyak negara yang membatasi ruang gerak penduduknya dan banyak pula yang justru mengendurkan mobilitas penduduk. Meskipun diperkirakan, serangan omicton tidak sedahsyat corona, dampaknya sama saja. Jumlah orang sakit yang terpapar omicron makin hari makin banyak. Belum kagi serangan omicron yang saatuya bersamaan dengam varian delta.
Banyak negara yang diprediksi akan mengalami krisis ulang, antara lain Brasil dan beberapa negara di Asia. Perekonomian Indonesia dipastikan akan terpengaruh pula. Karena itu target pertumbuhan ekonomi nasioanl tidak akan terpenuhi. Meskipun ada kenaikan dibanding akhir tahun 2021, kuartal pertama tahun ini tumbuh di bawah prediksi semula. Menurut pengamat IMF, dampak omicron, kenaikan harga minyak dunia, berdampak pada kenaikan inflasi hampir di semua negara. Hal itu akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi global.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, dalam konferensi pers di Jakarta, mengatakan, penyebaran omicron dan varian delta, berdampak padxa daya beli masyarakat.Akibatnya belanja konsuimen diprediksi akan menurun. Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti kenaikan harga BBM, dan kenaikan barang konsumsi masyarakat, berdampak pada kenaikan inflasi.
Berkaitan dengan itu, pemerinrtah diminta berusaha keras mengendalikan inflasi. Kenaikan harga barang kebutuhan masyarakat sudah merangkak naik. Jelas hal itu berpengaruh pada angka inflasi. Kenaikan harga beberapa kopmoditas di pasar nasional, bukan hanya akibat kenaikan harga BBM dan gas tetapi juga karena akan datangnya bulan Ramadan. Kelangkaan minyak goreng yang mengakibatkan kenaikan harga eceran, punya pengaruh kuat terhadap laju inflasi.
Pengendalian harga barang dan jasa menjadi langkah sangat penting yang harus dilakukan pemerintah. Pengendalian harga itu berkaitan erat dengan peningkatan produksi dan kelancaran distribusi. Pengawasan juga harus dilakukan lebih ketat. Ulah para spekulan merupakan kejahatan ekonomi. Pengaruhnya sangat kuat terhadap pasar dan kesejahteraan rakyat. Karena itu aparat penegak hukum harus bertindak lebih cepat dan tegas Kelangkaan minyak goreng dan kacang kedeke menimbulkan gejolak di masyarakat. Sebenarnya, kelangkaan minyak goreng tidak perlu terjadi di Indonesia. Dalam waktu tidak terlalu lama, masalah minyak goreng sudah dapat diatasi. Akan tetapi kenaikan harga minyak dunia dan harga kedele, memang sulit diatasi. Indonesia masih merupakan negara pengimpor minyak bumi dan kedele.
Sampai hari ini kita belujm mampu mengurangi impor minyak bumi. Produksi BBM dalam negeri belum setara dengan kebutuhan, baik untuk transportasi maupun industri. Mutasi dari minyak bumi ke minyak nabati harus terus dipacu. Mutasi dari gas ke listrik belum dapat diulakukan secara keseluruhan. Masih banyak masalah teknis yang harus dibenahi.
Jalan menuju pertumbuhan ekoniomi yang sesuai demngan harapan masyarakat, tampak semakin rumit. Namun menurut prediksi para ekonom internasional, tahun 2022 ini merupakan titik perbaikan ekonomi global.
Tentu saja prediksi itu menjadi harapan semua orang. Kita dorong dan kita tunggu dengan penuh optimisme.(ustiarsa)***
Artikel Terkait
Larangan Ekspor Batu Bara Menjaga Roda Ekonomi Nasional
Kenaikan Harga BBM Pengaruhnya terhadap Ekonomi
Geliat Ekonomi Kreatif dan Potensi Pariwisata Provinsi Bali
Menyoal Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi RI