Geliat Ekonomi Kreatif dan Potensi Pariwisata Provinsi Bali

- Rabu, 16 Februari 2022 | 16:42 WIB
Geliat Ekonomi Kreatif dan Potensi Pariwisata Provinsi Bali
Geliat Ekonomi Kreatif dan Potensi Pariwisata Provinsi Bali

Bisnis Bandung, (BB) ---- Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani), I Wayan Aditya Harikesa, S. IP., M. Si mengemukakan kita telah meninggalkan tahun 2021 dengan penuh kesulitan akibat dari hantaman pandemik Covid-19. Pandemik Covid-19 meluluhlantahkan hampir 70% sektor pekerjaan formal dan juga sektor usaha mandiri (pengusaha). Akibatnya, selama kurun waktu lebih dari satu tahun perekomian negara mengalami guncangan serius.
Tapi, berbanding terbalik dengan sektor ekonomi konvensional, sektor ekonomi kreatif (ekraf) menjadi primadona beberapa tahun belakangan, terutama sektor ekonomi kreatif di bidang pariwisata. Beruntung, pelan tapi pasti, pergerakannya kembali terlihat di Triwulan III-2020. Industri kreatif pariwisata menjadi andalan karena pertumbuhannya progresif dari tahun ke tahun. Meski terhantam, pelaku ekonomi kreatif sektor pariwisata tidak tinggal diam dan berupaya bangkit melawan pandemik.
Sebelum adanya pandemik Covid-19, sektor pariwisata Bali berkembang sangat pesat. Bahkan pada tahun 2019, Bali berkontribusi pada Devisa Nasional sebanyak 75 triliun dari total Rp. 270 triliun, sehingga Bali berkontribusi sebesar 28,9% terhadap perekonomian nasional. Semenjak adanya Pandemi Covid-19 hal tersebut sangat berdampak besar bagi Pariwisata Bali. Salah satu faktornya dikarenakan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dimana tempat-tempat wisata di Indonesia ditutup dan pembatasan kegiatan masyarakat secara Nasional.
Hal ini jelas sekali menyebabkan penurunan wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke Pulau Bali. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan, ekonomi Bali dalam dalam tiga bulan pertama (triwulan I) 2020 tumbuh negatif, yakni -1,14 persen. Penurunan pada sektor pariwisata diyakini berdampak juga terhadap lapangan usaha lainnya yang juga mengalami penurunan, ungkap Dosen Hubungan Internasional itu kepada Bisnis Bandung, (BB), di Bandung.
We Love Bali
Wayan Aditya Harikesa, S. IP., M. Si mengemukakan, salah satu strategi yang digunakan pemerintah provinsi Bali dalam upaya pemulihan pariwisata Bali pasca pelonggaran PPKM adalah melalui program “We Love Bali” dengan basis CHSE (Clean, Health, Safety, Environment). Program ini merupakan program yang dibuat oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan tujuan membantu para pelaku usaha perjalan wisata di Provinsi Bali untuk tetap tumbuh dan berkembang di tengah masa adaptasi kebiasaan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Program We Love Bali merupakan program perjalanan keliling Bali selama 3 hari 2 malam yang mana seluruh biaya akomodasi perjalanan seperti makanan dan minum, atraksi wisata, dan transportasi telah ditanggung oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perserta dalam program ini telah direkrut oleh Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali dengan menyebar undangan pada berbagai instansi baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan sekolah tinggi. Program “We Love Bali” ini telah melibatkan 409 pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif. 8.421 tenaga kerja dan 4.800 peserta dari masyarakat di provinsi Bali.
Work From Bali
Work From Bali adalah sebuah kebijakan yang digaungkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kebijakan ini adalah sebuah kebijakan dimana pemerintah memberikan fasilitas kepada beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) dibeberapa kementerian untuk dapat melakukan pekerjaanya di Bali. Kebijakan ini turut mendapatkan dukungan serta berada dibawah pengawasan dari Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
Dalam kebijakan ini, ada tujuh kementerian yang akan melakukan Work From Bali termasuk Kemenparekraf. Adapun tujuan dilakukan kebijakan ini adalah sebagai upaya dari pemerintah untuk dapat membantu melakukan peningkatan perekonomian serta pariwisata di Pulau Dewata ini. Karena Bali menjadi salah satu daerah yang sangat mengalami dampak dari pandemi ini. Bali yang hampir 80 persen ekonominya dari sektor pariwisata tentu sangat terdampak dari adanya pandemi ini. Kemenparekraf memiliki harapan dengan adanya work from Bali dan dengan hadirnya ASN dapat meningkatkan perekonomian di Bali. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, berharap dengan hadirnya ASN diharapkan tingkat dari okupansi penginapan di Bali dapat meningkat, serta penjualan souvenir, serta ekonomi rakyat dapat meningkat hingga kurang lebih 70 persen.
Work From Bali menjadi salah satu langkah dari pemerintah untuk dapat mengajak atau menunjukkan kepada masyarakat bahwa berwisata dan mengunjungi bali disaat pandemi aman asal kita selalu menaati dan menjaga protol kesehatan. Perlu diingat bahwa ketika daerah-daerah lain sudah menunjukkan peningkatan dan perbaikan, Bali sama sekali belum menunjukkan hal tersebut. Maka dari situlah tercetus kebijakan Work From Bali, sebagai sebuah ajakan kepada masyarakat agar mau dan melakukan pekerjaan mereka di Bali. Ada harapan tinggi dari menteri Parekraf agar banyak masyarakat Indonesia yang mengunjungi Bali, bukan hanya untuk melakukan pekerjaannya namun juga untuk berwisata dan liburan. Sehingga dari hal tersebut dapat meningkatkan dan membantu meningkatkan sektor perekonomian dan membantu masyarakat Bali untuk dapat bangkit dari keterpurukan karena pandemi yang melanda Indonesia dan seluruh dunia.
Dalam program ini para peserta di ajak untuk menginap di kawasan-kawasan pariwisata Bali secara bergiliran serta mengunjungi berbagai tempat-tempat pariwisata di Bali. Tempat pariwisata Bali tersebut meliputi: The Blooms Garden, Pura Ulun Danu Beratan, Air Terjun Banyu Mala, Pelabuhan Singaraja, Museum Sunda Ketjil, Pura Beji Sangsit, Pura Meduwe Karang, Batur Natural Geopark dan Desa Panglipuran. Melalui Program pariwisata ini diharapkan masyarakat dapat melihat kesiapan protokol kesehatan pariwisata bali yang telah menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE. Setifikasi CHSE ini merupakan pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, Destinasi Pariwisata dan Produk Pariwisata lainnya yang memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
Lokasi Zona Hijau di Bali
Bali yang mengandalkan pariwisatanya sebagai pemasukan utama bagi ekonomi daerahnya, melakukan upaya pemulihan akibat dari pandemic COVID-19. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Bali yaitu Tiga Zona Hijau Pariwisata Bali atau juga dinamakan Free Covid Corridor. Adapun terdapat tiga wilayah di Bali yang ditetapkan sebagai Zona Hijau bebas COVID-19 yakni Ubud (Kabupaten Gianyar), Nusa Dua (Kabupaten Badung), dan Sanur (Kota Denpasar). Dengan ditetapkannya Tiga Zona Hijau, pemerintah Bali berharap dapat memberikan rasa aman pada wisatawan yang hendak berkunjung ke Bali.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bekerja sama dan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Hukum dan HAM, Satgas COVID-19, dan Pemerintah Provinsi Bali agar Tiga Zona Hijau Pariwisata Bali berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuannya, yakni memulihkan pariwisata Bali. Nantinya, para wisatawan yang datang harus memenuhi syarat diantaranya sudah divaksin, telah melakukan tes PCR sebelum kedatangan ke Bali maupun berangkat keluar Bali, serta berwisata di zona hijau yaitu Ubud, Nusa Dua dan Sanur.
Untuk mendukung program ini juga, Pemerintah Bali diharuskan mampu menyediakan fasilitas mengenai COVID-19 berupa informasi seputar COVID-19 dan rumah sakit rujukan. Ketiga kawasan zona hijau telah dilengkapi prasarana penunjang kesehatan, khususnya mengenai COVID-19. Diantaranya di Nusa Dua terdapat BMC Hospital yang bertaraf internasional. Di Ubud terdapat Klinik Kenak Medika dan RS Ari Canti. Kemudian di Sanur terdapat Rumah Sakit Bali Mandara yang menjadi rumah sakit rujukan COVID-19.
Wayan Aditya Harikesa, S. IP., M. Si mengimbuhkan, untuk mempersiapkan berjalannya program ini, Kepolisian Daerah Bali juga akan memperkuat keamanan di tiga daerah zona hijau. Daerah tersebut akan dilakukan pengawasan protokol kesehatan, pengecekan surat-surat, dan kebutuhan terkait protokol kesehatan. Keamanan juga akan ditingkatkan di sektor-sektor yang bersifat prioritas dan krusial seperti tempat ibadah, tempat pariwisata, pasar dan jalur keluar masuk wisatawan melalui pelabuhan dan bandara.
Upaya lain yang dilakukan untuk mendukung program ini yakni pemberian vaksin khususnya di tiga zona hijau. Pemberian vaksin di daerah-daerah ini diharapkan mencapai 100 persen dan tercipta herd immunity yang kemudian lambat laun angka COVID-19 di Bali bisa menurun secara signifikan. Program ini akan disiapkan melalui tahapan yang panjang dan berkesinambungan di tiga zona hijau, yaitu Ubud, Nusa Dua dan Sanur. Rencananya, Bali akan benar-benar terbuka untuk dunia pada Maret 2022, pungkasnya kepada BB.  (E-018)****

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X