opini

Jabar Tetapkan Siaga Darurat, Mitigasi Masih Sekadar Formalitas

Rabu, 12 November 2025 | 07:00 WIB
Illustrasi bencana (Dok. AI)

Ini mencakup langkah struktural seperti larangan membangun di daerah rawan dan revitalisasi sungai, serta langkah nonstruktural seperti edukasi masyarakat, penyediaan jalur evakuasi, dan simulasi tanggap darurat.

Sayangnya, setiap kali bencana datang, pemerintah cenderung gagap. Keterbatasan dana sering dijadikan alasan, padahal persoalannya bukan pada kekurangan anggaran, melainkan minimnya prioritas dan keseriusan dalam penanggulangan.

Akibatnya, rakyat menjadi korban berulang: kehilangan harta, tempat tinggal, bahkan nyawa. Setelah bencana, mereka harus menanggung beban pemulihan secara mandiri, sementara bantuan pemerintah kerap datang terlambat dan tidak memadai.

Sementara itu, masyarakat sipil dan relawan justru tampil di garis depan, menunjukkan bahwa empati sosial masih lebih nyata dibanding fungsi pengurusan negara.

Kondisi ini menegaskan lemahnya peran negara dalam melindungi dan menyejahterakan rakyatnya.

Baca Juga: LPEM UI Ingatkan Dampak Serius Redenominasi Jika Dilakukan Tanpa Perencanaan Matang

Tinjauan dari Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, negara memiliki tanggung jawab penuh sebagai raa’in (pengurus) rakyat, termasuk dalam menghadapi bencana alam.

Pemerintah wajib menjalankan mitigasi secara disiplin, mengerahkan sumber daya, dan menyediakan dana tanpa menunggu inisiatif swadaya masyarakat.

Sistem keuangan Islam melalui baitulmal memiliki pos khusus untuk penanganan bencana (Ath-Thawaari), yang dananya bersumber dari fai, kharaj, serta harta kepemilikan umum.

Bila tidak mencukupi, dapat ditopang dari sumbangan sukarela kaum muslim. Dengan demikian, penanganan bencana tidak bergantung pada APBN tahunan yang sering kali terbatas dan birokratis.

Negara dalam sistem Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat saat krisis, baik pangan, tempat tinggal, maupun pemulihan pascabencana.

Inilah bentuk tanggung jawab riil sebuah pemerintahan yang berorientasi pada kemaslahatan rakyat, bukan sekadar formalitas seremonial atau alasan dana yang tak kunjung cukup.

Wallahualam bissawab.***

Baca Juga: Urgensi Redenominasi Rupiah Dinilai Masih Lemah, Berpotensi Timbulkan Masalah

Halaman:

Tags

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB