Gercep, Pemerintah Bentuk Satgas Pemberantasan Premanisme

photo author
- Selasa, 8 April 2025 | 11:30 WIB
Ilustrasi penulisan kebijakan (Unsplash/ Scott Graham)
Ilustrasi penulisan kebijakan (Unsplash/ Scott Graham)

Cara pandang hidup yang hanya berdasar pada keuntungan belaka membuat para penguasa lupa akan kewajibannya untuk mengurus rakyat. Hingga sumpah jabatan pun tergadai dengan janji-janji bersama para cukong politik yang tak lain adalah para pengusaha.

Padahal, jika dikembalikan pada pandangan ajaran agama telah sangat jelas mengatur tugas-tugas penguasa.

Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan secara komprehensif menjadikan negara atau yang mewakilinya bertanggung jawab terhadap pemenuhan dasar hajat hidup seleuruh rakyat bahkan pada tataran individu per individu.

Baca Juga: Liburan ke Jepang Tanpa Izin, Lucky Hakim Minta Maaf ke Dedi Mulyadi!

Hal tersebut merupakan pengejawantahan dari hadist Rasulullah Saw : “Imam adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Adapun, jaminan kepengurusan dan perlindungan umat, sepaket dengan hukum-hukum dari Allah SWT yang disertai dengan iman. Karena hukum-hukum sang pencipat ini memang turun sebagai problem solving bagi seluruh permasalahan hidup mulai dari problem yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pergaulan dan lain sebagainya.

Imam Al Ghazali Rahimahullah dalam kitab nya Al Iqtishodu fil I’tiqod menjelaskan apa yang menyebabkan umat ini bisa bangkit dan apa yang menyebabkan umat ini hancur.

والملك والدين توأمان؛ فالدين أصل والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع، ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان

“Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar; agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang. Dan tidaklah sempurna kekuasaan dan hukum kecuali dengan adanya pemimpin.”

Karena itu, agama tidak boleh dipisahkan dari kekuasaan. Terlebih, sistematika aturan Islam akan mengkondisikan penguasa bertangguang jawab terhadap rakyatnya, bahkan menjadikannya sebagai hal utama.

Hal tersebut akan meminimalisir nego-nego politik dengan oligarkhi yang dapat merugikan rakyat.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X