Bisnisbandung.com - Sejumlah nelayan rajungan di Jawa Barat kembali dihadapkan kepada masalah harga, yang sejak satu bulan lebih, harga rajungan turun drastis, dari harga sebelumnya Rp 140 ribu perkilo menjadi Rp 25 ribu harga perkilogramnya. Harga yang sangat jauh dari biaya perbekalan.
Biasanya, nelayan tajungan sekali berangkat, memerlukan biaya tambahan selain solar. Ada gas untuk merebus rajungan, ikan sebagai umpan rajungan, dan memerlukan biaya untuk satu perjalanannya bisa mencapai Rp 7 juta hingga 10 juta.
Jika nelayan rajungan mendapatkan 200 kg, paling tinggi nelayan rajungan hanya mendapatkan Rp 5 juta, dan belum dipotong biaya operasional.
Baca Juga: Diduga Dihantam Ombak, Perahu Nelayan Terdampar Di Pantai
Turunnya harga rajungan, tidak hanya berdampak kepada para nelayan rajungan, tetapi juga perempuan sebagai pengelola (piker) daging Rajungan, Sopir, Kuli angkut yang mereka dapatkan hingga 150 ribu.
Dengan kondisi ini banyak nelayan rajungan untuk tidak memilih kelaut dari pada harus memaksakan dengan menambah beban hutang.
Kosim, nelayan rajungan asal Desa Pabean Udik Indramayu, lebih memilih untuk tidak pergi melaut, karena akan ada resiko hutang jika harus dipaksakan.
Dampak Inflasi Amerika dan Nasib Nelayan Rajungan di Jawa Barat
Sekretaris Jendral Serikat Nelayan Indonesia (SNI) dan koordinator Forum Komunikasi KUB Nelayan Rajungan Jawa Barat, Budi Laksana menyampaikan, perikanan rajungan merupakan penyumbang devisa terbesar sektor perikanan Indonesia dengan nilai eksport US$ 367,5 (5,2 trilyun) pada proiode hingga Oktober 2021, rajungan menempati urutan ketiga setelah udang (40 %), tuna (13 %) dan rajungan (11%).
Artikel Terkait
Tiga Nelayan Dihantam Ombak
Sertifikat Kelas Dunia BST-F untuk 200 Nelayan Jawa Barat
Budi Laksana, SIP. Diawali Dari Keprihatinan Nasib Nelayan