Para Pedagang Makanan dan Pelaku UMKM di Lembang Terimbas Akan Naiknya Harga Minyak Goreng 

photo author
- Rabu, 30 Maret 2022 | 14:37 WIB
Arin Sugianto (46) Pelaku UMKM Asal Lembang, Yang Memproduksi Ulen (Algi Muhammad Ghifari)
Arin Sugianto (46) Pelaku UMKM Asal Lembang, Yang Memproduksi Ulen (Algi Muhammad Ghifari)
 
Bisnis Bandung - Para pedagang makanan serta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, terimbas dengan naiknya harga minyak goreng dipasaran. 
 
Pasalnya usaha yang digeluti selama bertahun-tahun sangat tergantung dengan minyak goreng. 
 
Mereka keberatan dengan keputusan pemerintah yang secara tiba-tiba mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan. 
 
Seperti yang di utarakan Arin Sugianto, (46) seorang pelaku UMKM di Lembang mengaku, dirinya meski tidak terlalu terdampak secara langsung akan kenaikan harga minyak goreng. 
 
 
"Minyak goreng biasanya digunakan untuk menyangrai kacang dan serundeng kelapa saja, jadi jumlah pemakaiannya cuman sedikit. Bagi saya persediaan 2 liter minyak goreng bisa cukup untuk produksi sekitar dua mingguan," tutur Arin, saat dihubungi, Rabu (30/3). 
 
Namun demikian, dirinya tetap keberatan dengan naiknya harga minyak goreng karena berdampak pada omset pendapatannya. 
 
Sebab ketan ulen yang ia jual secara mentah, biasanya disantap setelah digoreng. 
 
"Bisa saja kan konsumen yang biasanya membeli dalam jumlah banyak, tapi sekarang dikurangi karena minyak goreng yang mahal," terangnya.
 
 
Jauh berbeda dengan yang dialami oleh para pedagang makanan yang menggunkan minyak goreng sebagai bahan baku utama, mereka terpaksa harus mengeluarkan tambahan modal sehingga berimbas pada menipisnya pendapatan. 
 
Seperti yang dirasakan Ahmad, (27) seorang pedagang makanan cakue di kawasan Lembang. 
 
"Minyak kan salah satu bahan pokok untuk menggoreng makanan yang saya jual ke konsumen. Kalau sekarang minyak jadi mahal ya pasrah, tapi tetep harus beli, meski keuntungannya jauh berkurang, karena kalau enggak usaha ya mau dapat uang dari mana," tutur Ahmad.
 
Ahmad mengaku jika setiap harinya ia membutuhkan sekitar 2 liter minyak goreng untuk memasak adonan cakue jualannya.
 
Namun beban pengeluaran terus bertambah lantaran harga bahan baku lainnya juga seperti tepung juga ikut-ikutan naik.
 
"Sangat keberatan harga naik, penggunaan minyak kan enggak bisa dihemat. Memasak cakue hanya bisa diolah menggunakan minyak goreng, apalagi jumlahnya harus banyak," ucapnya.
 
 
Ahmad pun berencana akan menaikan harga dagangannya meski pasti akan menimbulkan kekecewaan dari konsumen, meski berat hal tersebut harus tetap ia lakukan sebagai salah satu solusi untuk menutupi pengeluaran. 
 
"Jika harus ganti minyak curah bisa mempengaruhi kualitas, ya mungkin terpaksa mau tidak mau harus menaikan harga," jelasnya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Us Tiarsa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X