Bisnis Bandung - Dalam akun twitter pribadinya @awemany, Politikus Demokrat Ardi Wirdamulia mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang diserang oleh Buzzer di sejumlah media sosial terkait politik identitas dan politisasi agama.
“BuzzeRp lagi sibuk bernarasi ada yang lagi cuci tangan soal pilgub DKI 2017. Jelaslah. Mereka yang lagi cuci tangan. Berharap orang lupa bahwa saat Anies masih jadi menterinya Jokowi, mereka sudah menabuh genderang perang: “Saya muslim.pilih Ahok”. Mending kafir ngga korupsi”, bunyi cuitan Ardi Wirdamulia, Kamis 5 Mei 2022.
Menurut Politikus Demokrat Ardi Wirdamulia, di Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu, orang yang pertama melakukan politik identitas adalah kelompok pendukung Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Saat itu narasi yang mereka bangun adalah: ‘Saya Muslim, Saya Pilih Ahok’.
Baca Juga: Sering Kritik Pemerintah Lewat Dakwahnya, Ibunda Khawatir Ustadz Felix Siauw Ditangkap Polisi
Baca Juga: Anies Baswedan Korupsi? Lieus Sungkharisma: Anies Baswedan Bukan Orang Yang Ngiler Sama Duit
Ardi menambahkan para BuzzerRp ini juga menuding aksi damai 212 sebagai strategi kemenangan Anies. Padahal, aksi 212 terjadi karena ada dugaan penghinaan Agama oleh Ahok.
Ardi mengatakan bahwa Buzzer sengaja ‘cuci tangan’ lalu mendesain isu politik identitas untuk menakuti publik terhadap sosok Anies Baswedan.
Saat itu masyarakat datang dari pelosok negeri untuk ikut 212 karena tak terima Agamanya dihina Ahok.
Baca Juga: Analisis Refly Harun, Presiden Jokowi Takut Kalah Pamor dengan Anies Baswedan
Baca Juga: Said Didu: Henri Subiakto Menuduh Anies Baswedan Dekat dengan Kelompok Penunggang Agama
“Mereka menuduh 212 sebagai strategi kemenangan pilkada. Lha? Gampang kok ngetest kebohongan itu. Banyak orang-orang yang ngga ikut-ikutan politik datang hari itu. Semata karena ngga terima agamanya dihina. 212 itu jawaban buat mulut Ahok dan engganya rezim untuk bertindak. Bukan pilgub,” kata Ardi.
Ardi mengatakan, buzzer menuduh Anies jualan ayat dan mayat untuk kemenangan Pilkada DKI. Padahal yang pertama menggunakan ayat itu Ahok di Kepulauan Seribu hingga berujung dia dipenjara.***