Bisnisbandung.com – Dalam langkah politik yang mengejutkan, Donald Trump dikabarkan tengah mempersiapkan pengumuman penting: pengakuan resmi Amerika Serikat terhadap negara Palestina.
Informasi ini mencuat dari sumber diplomatik kawasan Teluk, yang menyebut pengumuman itu akan menjadi bagian dari strategi besar Trump untuk menggalang dukungan dan investasi dari dunia Arab.
Tak hanya itu, dalam unggahan terbaru di media sosial, Trump juga mengumumkan keberhasilan diplomasi AS dalam mempertemukan India dan Pakistan untuk menyepakati gencatan senjata penuh.
Baca Juga: Program Barak Militer KDM Dinilai Berpotensi Membebani Sekolah dan Butuh Regulasi Jelas
“Selamat kepada kedua negara atas penggunaan akal sehat dan kecerdasan luar biasa,” tulisnya, menunjukkan peran aktif Amerika dalam menyelesaikan konflik internasional.
Namun, pengakuan Palestina oleh AS diprediksi akan menuai reaksi keras, khususnya dari Israel.
Meski begitu, langkah ini dipandang sebagai tawaran strategis kepada Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain agar bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel melalui kerangka Abraham Accords.
Dengan bergabungnya Arab Saudi ke dalam perjanjian ini, Israel akan menguatkan dominasinya di kawasan, sekaligus membuka jalan menuju visi "Israel Raya".
Baca Juga: “Simplifikasi Masalah dan Ketidakpahaman Pengasuhan” Gamal Albinsaid Singgung Anak Dibawa ke Barak
Abraham Accords adalah perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan sejumlah negara Arab, yang diinisiasi oleh Presiden Donald Trump pada tahun 2020.
Perjanjian ini dinamai "Abraham" karena Abraham adalah tokoh penting dalam ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam—tiga agama besar yang memiliki akar sejarah di Timur Tengah.
Di balik manuver diplomatik ini, terselip krisis ekonomi besar yang tengah menghantui Amerika.
Negara adidaya itu kini dibayangi kewajiban membayar utang sebesar lebih dari US$ 16,8 triliun yang jatuh tempo antara 2025 hingga 2028, bagian dari total utang nasional yang telah menembus US$ 36 triliun.
Kegagalan melunasi utang bisa berdampak fatal: pertumbuhan ekonomi terpuruk, jutaan pekerjaan lenyap, lonjakan suku bunga, dan resesi berkepanjangan.