Bisnisbandung.com - Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memuncak setelah militer India meluncurkan serangan rudal dalam operasi yang dinamai "Operation Sindoor".
Serangan ini ditujukan ke sembilan lokasi di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, sebagai respons atas serangan teroris di Pahalgam, Kashmir India, pada 22 April 2025, yang menewaskan 26 warga sipil, sebagian besar wisatawan Hindu.
Pemerintah India menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan infrastruktur teroris yang terkait dengan kelompok militan seperti Jaish-e-Mohammed dan Lashkar-e-Taiba.
Baca Juga: “Saya Bukan Presiden Boneka”, Pengamat: Pernyataan Prabowo yang Picu Perdebatan
Namun, pihak Pakistan membantah klaim tersebut dan melaporkan bahwa serangan tersebut menyebabkan delapan warga sipil tewas, termasuk seorang anak, serta melukai 35 lainnya.
Pakistan juga menuduh bahwa serangan tersebut menghantam fasilitas sipil, termasuk dua masjid.
Sebagai tanggapan, Pakistan menutup wilayah udaranya untuk maskapai India dan mengklaim telah menembak jatuh beberapa jet tempur India, meskipun klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Pertukaran tembakan artileri intensif dilaporkan terjadi di sepanjang perbatasan de facto di Kashmir, menyebabkan korban di kedua belah pihak.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengecam serangan tersebut sebagai "tindakan perang" dan berjanji akan memberikan respons yang sesuai.
Sementara itu, komunitas internasional, termasuk Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Presiden AS Donald Trump, menyerukan penahanan diri dan de-eskalasi untuk mencegah konflik lebih lanjut antara dua negara bersenjata nuklir ini.
Serangan ini merupakan eskalasi militer paling signifikan antara India dan Pakistan sejak insiden serupa pada tahun 2019 dan 2016.
Dan telah menyebabkan gangguan besar, termasuk penutupan wilayah udara dan pembatalan penerbangan, serta reaksi negatif di pasar keuangan India.***