Houthi bersumpah bahwa kapal induk dan kapal perang AS yang ditempatkan di Timur Tengah akan menjadi target utama mereka.
Tak lama setelah pidato Al-Houthi, dalam waktu 24 jam, pasukan Houthi meluncurkan 18 rudal dan satu drone sebagai serangan balasan terhadap agresi AS.
Namun, seorang pejabat pertahanan Amerika membantah keberhasilan serangan tersebut dan menuding Houthi menyebarkan informasi yang dilebih-lebihkan.
Letnan Jenderal Angkatan Udara AS, Alexus Grinkovic, menegaskan bahwa banyak serangan Houthi yang meleset dari sasaran hingga lebih dari 160 km.
Baca Juga: Teror Kepala Babi, Rocky Gerung: Bukti Gagal Berargumentasi dan Pengecut Banget!
Meski begitu, respons Amerika tak kalah agresif. Militer AS meluncurkan serangan udara ke beberapa wilayah di Yaman, termasuk kota pelabuhan Hodeida, Alsalif, dan ibu kota Sanaa.
Akibat dari serangan ini, situasi di Yaman semakin memanas. Ribuan warga turun ke jalan di berbagai kota, meneriakkan slogan "Matilah Amerika, Matilah Israel!" sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi militer Barat.
Presiden AS, Donald Trump, dalam pernyataannya yang tajam memperingatkan bahwa setiap serangan yang dilakukan oleh Houthi akan dianggap sebagai tindakan langsung dari Iran.
AS menuding bahwa Iran adalah pemasok utama senjata serta pelatih bagi kelompok Houthi. Namun, Iran membantah tuduhan tersebut dan menuding Amerika telah melakukan pelanggaran terhadap Piagam PBB melalui aksi militernya di Yaman.***
Baca Juga: Jokowi Murka! Adi Prayitno: Kesabaran Jokowi Ada Batasnya, Terlalu Sering Dituding PDIP