Bisnisbandung.com - Sekolah-sekolah umum di Prancis telah mengirim puluhan gadis pulang karena menolak melepaskan abaya mereka atau jubah panjang dan longgar yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim pada hari pertama tahun ajaran baru, menurut Menteri Pendidikan Gabriel Attal.
Melanggar larangan terhadap pakaian tersebut yang dianggap sebagai simbol agama, hampir 300 gadis datang pada hari Senin pagi dengan mengenakan abaya. Sebagian besar setuju untuk mengganti abaya dengan pakaian lain, tetapi 67 orang menolak dan diusir pulang.
Pemerintah mengumumkan bulan lalu bahwa mereka akan melarang penggunaan abaya di sekolah, dengan alasan bahwa itu melanggar aturan sekularisme dalam pendidikan yang telah melarang penggunaan jilbab dengan alasan tampilan afiliasi agama.
Langkah ini menyenangkan politisi sayap kanan tetapi sayap kiri keras berpendapat bahwa itu merupakan penghinaan terhadap kebebasan sipil.
Baca Juga: KTT G20 Tahun Ini Akan Digelar Di India New Delhi, Namun Beberapa Negara Tidak Akan Menghadirinya
Menteri berusia 34 tahun itu mengatakan bahwa gadis-gadis yang ditolak masuk pada hari Senin diberikan surat yang ditujukan kepada keluarga mereka yang menyatakan bahwa "sekularisme bukanlah sebuah pembatasan, itu adalah kebebasan".
Seragam sekolah tidak wajib di sekolah-sekolah Prancis sejak tahun 1968 tetapi seringkali menjadi perdebatan politik, sering kali didorong oleh politisi konservatif dan sayap kanan.
Attal mengatakan bahwa ia akan memberikan jadwal lebih lanjut tahun ini untuk melaksanakan uji coba seragam dengan sekolah-sekolah yang setuju untuk berpartisipasi.
"Saya tidak berpikir bahwa seragam sekolah adalah solusi ajaib yang dapat mengatasi semua masalah terkait pelecehan, ketidaksetaraan sosial, atau sekularisme," katanya.
Baca Juga: Cara Cek Emas Antam Asli dan Palsu
Tetapi ia menambahkan, "Kita harus melakukan percobaan, mencoba hal-hal baru" untuk mempromosikan perdebatan, katanya.
Sejak tahun 2004, di Prancis, tanda dan simbol agama telah dilarang di sekolah, termasuk jilbab, kippas, dan salib . Menteri Pendidikan Prancis, mengatakan bahwa tidak seorang pun boleh masuk ke dalam ruang kelas dengan mengenakan sesuatu yang dapat menunjukkan apa agama mereka.
Pada hari Senin, Presiden Emmanuel Macron mempertahankan langkah kontroversial ini, mengatakan ada "minoritas" di Prancis yang "mengambil alih sebuah agama dan menantang republik dan sekularisme".
Dia mengatakan hal itu mengarah pada "konsekuensi terburuk" seperti pembunuhan tiga tahun lalu oleh guru Samuel Paty karena menampilkan karikatur Nabi Muhammad selama pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Artikel Terkait
Ini Dia Faktor Mengapa Afrika Mengalami Penderitaan Paling Besar Saat Perubahan Iklim
Pelaporan Gubernur Jawa Barat ke Kejaksaan Agung Terkait Proyek Masjid Al Jabbar
Diduga Akibat Kerusakan Mesin, Detik-Detik Kebakaran Menghancurkan 9 Kapal di Muara Baru
Wulan Guritno Terseret Kasus Taruhan Online, Berikut Kekayaan Wulan Guritno Bikin Geleng Geleng Kapala
Merinding! Pesta Pernikahan Pasangan Ini Dikerubungi Ribuan Lalat, Ternyata Ini Penyebabnya
Tinggal Bersama Namun Tidak Berbicara Selama 20 Tahun Dengan Istri, Sang Suami Akhirnya Menceritakan Alasannya