Bisnisbandung.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi buka suara soal kemunculan sejumlah spanduk.
Spanduk yang dinilai sengaja dibuat untuk memecah belah dan mengadu domba dirinya dengan berbagai pihak.
Dalam instagramnya, Dedi Mulyadi menilai tindakan tersebut sangat tidak etis dalam dunia politik.
Baca Juga: Kasus Bos Sritex, Ada Tokoh Politik di Balik Kredit Rp3,6 Triliun? Sahroni: Bongkar Aja!
“Ada tiga spanduk yang saya lihat, sepertinya memang sengaja dibuat untuk memprovokasi. Cara main kayak gini kasar banget sih,” kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi membeberkan isi ketiga spanduk tersebut.
Spanduk pertama bertuliskan “Dedi Mulyadi Bapak Tiri”, yang menurutnya dimaksudkan untuk memecah hubungannya dengan masyarakat Cirebon.
Spanduk kedua berbunyi “Dedi Mulyadi lain Bapak Aing”, seolah ingin memecah hubungan dirinya dengan warga Bandung.
Sedangkan spanduk ketiga, “Dedi Mulyadi Calon Presiden Aing”, diduga kuat ingin membenturkan Dedi Mulyadi dengan Presiden RI Prabowo Subianto.
Baca Juga: Siapa Lindungi Sritex? Eks Penyidik KPK Menduga Korupsi Terencana Sejak 2020
“Kalau punya niat baik, ya lakukan saja yang terbaik untuk masyarakat. Nggak usah main belakang dengan gerakan-gerakan senyap,” tegasnya.
Dedi Mulyadi juga mengingatkan bahwa masyarakat saat ini sudah semakin cerdas dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang memecah belah.
Ia menilai politik harus dilakukan dengan cara yang santun dan membangun.
“Politik itu jangan keras-keras begitu. Halus dikit dong kalau berpolitik,” katanya dengan nada geram.
Baca Juga: Dana Parpol Naik 10 Kali Lipat, Ketum PBB: Supaya Partai Menjalankan Fungsi Pendidikan Politiknya
Artikel Terkait
Ketawa Bareng Helmi Yahya & Gus Miftah, Dedi Mulyadi Buka-bukaan soal APBD dan Nyi Ratu Kidul
Kenapa Publik Tak Percaya? Rocky Gerung Kupas Kasus Ijazah Jokowi
Pro dan Kontra Gaya Komunikasi Politik Dedi Mulyadi, Ini Analisis Adi Prayitno
Di Sawah Ngawi, Wakil Presiden Gibran Ajak Petani Sampaikan Keluhan ke Pemerintah
Adi Prayitno Bongkar Peluang dan Tantangan Calon Ketua Umum PPP
Skeptis Publik Soal Ijazah Jokowi, Pengamat Politik Sebut Ini Masalah Kepercayaan