Kekhawatiran dan ketidakpercayaa para nasabah yang menyebabkan bank run atau atau penarikan dana besar-besaran inilah faktor penting penyebab SVB kolaps yang bisa disebut sebagai self fulfilling prophecy.
Self fulfilling prophecy adalah konsep di mana keyakinan atau ekspektasi seseorang tentang suatu kejadian atau situasi mempengaruhi perilaku mereka sehingga menghasilkan konsekuensi yang sesuai dengan ekspektasi tersebut.
Baca Juga: Hati-hati! Ternyata 7 Jenis Hubungan Ini Paling Mudah Putus, LDR Salah Satunya
Dalam konteks bank run atau bank rush, self fulfilling prophecy dapat memiliki dampak yang signifikan pada kebangkrutan bank.
Pada dasarnya, bank run atau bank rush terjadi ketika banyak nasabah secara bersamaan ingin menarik uang mereka dari bank karena khawatir bank tersebut akan bangkrut.
Hal ini dapat terjadi ketika ada rumor yang menyebar tentang ketidakstabilan keuangan bank, atau ketika terjadi kejadian yang menunjukkan adanya risiko kebangkrutan bank.
Baca Juga: Bulan Ramadhan Hampir Tiba! Ini 5 Cara Memilih Kurma Yang Benar Agar Stok Selama Puasa Terpenuhi
Jika banyak nasabah menarik uang mereka dari bank dalam waktu singkat, maka bank tersebut mungkin tidak memiliki cukup uang tunai untuk memenuhi permintaan penarikan tersebut.
Hal ini dapat memperburuk situasi dan menyebabkan lebih banyak nasabah yang khawatir dan memutuskan untuk menarik uang mereka juga.
Akibatnya, bank dapat mengalami kekurangan likuiditas yang serius dan bahkan dapat mengalami kebangkrutan.
Baca Juga: Dibalik Sikap Jaim, Ternyata Cewek Punya Kebiasaan Aneh Yang Bikin Cowok Geli
Dalam kasus bank run atau bank rush, self fulfilling prophecy dapat terjadi ketika ekspektasi nasabah tentang kebangkrutan bank berdampak pada perilaku mereka.
Jika banyak nasabah mempercayai bahwa bank akan bangkrut dan mulai menarik uang mereka, maka hal itu dapat memicu kebangkrutan bank, bahkan jika sebenarnya bank tersebut sehat secara finansial.
Dalam situasi seperti itu, upaya untuk mengatasi self fulfilling prophecy bisa sangat sulit.
Bank dan otoritas keuangan mungkin perlu melakukan tindakan yang agresif dan cepat untuk menstabilkan situasi, seperti memberikan jaminan atau asuransi deposito, mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan nasabah, dan memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang keadaan keuangan bank.