Bisnisbandung.com - Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat menjadi berita besar di dunia keuangan dan teknologi dalam beberapa hari ini.
Silicon Valey Bank kolaps dengan cepat pada Jumat (10/3/2023) hanya dalam waktu 48 jam bank setelah mengalami krisis permodalan.
Pasca kejatuhan Silicon Valley Bank, publik menjadi bertanya tanya bagaimana dampaknya terhadap perekonomian terutama perbankan di Indonesia.
Baca Juga: Yuk Intip! Berikut 5 Rahasia Sukses dan Cepat Kaya Ala Orang Cina dalam Dunia Bisnis
Kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS Federal Reserve secara agresif sejak 2022 dan efisiensi perusahaan startup teknologi digadang gadang menjadi penyebab bangkrutnya Sillicon Valley Bank.
Namun ada satu faktor penting yang menjadi pemicu penarikan dana besar-besaran yang menyebabkan Sillicon Valley Bank kolaps dalam waktu singkat.
Sebelumnya pada pada Rabu (8/3/2023) waktu setempat, perusahaan induk Sillicon Valley Bank yaitu SVB Financial Group, mengumumkan bahwa mereka telah menjual rugi surat-surat berharga senilai $21 miliar dengan kerugian $1,8 miliar.
Baca Juga: Ini Alasan Presiden Menunjuk Muhadjir Effendy Sebagai Plt Menpora
SVB Financial Group juga mengumumkan akan menjual saham baru senilai $2,25 miliar untuk memperkuat permodalannya.
Pengumuman ini ternyata membuat beberapa venture capitalist terkemuka hilang kepercayaan kepada Silicon Valley Bank dan khawatir akan keberlangsungan bisnis bank tersebut.
Penarikan besar besaran pada Silicon Valley Bank pun akhirnya dimulai ketika perusahaan modal ventura milik Peter Thiel, Founders' Fund, memberi saran kepada perusahaan-perusahaan dalam portofolionya untuk menarik uang mereka dari bank tersebut.
Baca Juga: Saat Memahami Alam Semesta, Maka Anda Mulai Mengalami Kesadaran Spiritual
Sehingga Silicon Valley Bank akhirnya kolaps pada Jumat (10/3/2023), dan selanjutnya ditempatkan dalam pengawasan oleh Federal Deposit Insurance Corp (FDIC).