Secara internasional, pengajaran bahasa telah mengalami pergeseran ke arah pendekatan yang lebih komunikatif dan berpusat pada siswa.
Relevansi budaya mengakui pentingnya konteks budaya dalam pembelajaran bahasa.
Metodologi ini mencerminkan pergeseran ke arah pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa dan menekankan pemikiran kritis yang mampu meningkatkan kemampuan keahlian berbicara dan menulis di kalangan siswa.
Disadari bahwa penerapan pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.
Diantaranya adalah mengenai kualitas pendidikan dan fasilitas yang kurang memadai. Adanya ketidakseimbangan sumber daya pendidikan dan rendahnya kualitas infrastruktur menjadikan alasan pendidikan di Indonesia masih menuai kritikan.
Dengan adanya fasilitas yang kurang memadai mengakibatkan proses belajar menjadi kurang efektif. Selain itu, perubahan kurikulum dan implementasi menimbulkan ketidakstabilan dalam pengajaran.
Terkadang guru diharuskan untuk beradaptasi dengan kurikulum baru tanpa pelatihan dan tanpa dukungan sumber daya yang memadai, sehingga menjadikan tantangan bagi guru tersebut untuk menerapkan secara efektif di kelas. Sehingga tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan terkadang kurang tersampaikan dengan baik.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran Masih Jadi Masalah Klasik Jabar
Pengembangan profesional guru juga merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pengajaran Bahasa Inggris.
Masih ada pengajar yang belum menerima pelatihan untuk meningkatkan strategi pengajaran agar lebih efektif. Kurangnya dukungan ini berkontribusi pada praktik pengajaran yang kurang optimal.
Pada dasarnya, relevansi kurikulum dan metode pengajaran yang digunakan berkontribusi terhadap motivasi siswa. Oleh karena itu, guru harus berjuang untuk menemukan strategi yang efektif untuk memotivasi siswa.
Tantangan terakhir yang dihadapai dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah menerapkan keberagaman budaya dan permasalahan sosial.
Dalam pengajaran Bahasa Inggris tidak hanya membutuhkan keterampilan pedagogi saja tetapi juga dibutuhkan kepekaan terhadap dinamika sosial di kelas untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.
Menghadapai beberapa tantangan tersebut, solusi yang diusulkan untuk mengatasi tantangan tersebut meliputi:
(1) Meningkatkan pelatihan guru untuk mendukung pengembangan profesional berkelanjutan dan memilih calon guru yang berkualitas.